IPB Tawarkan Konsep Penataan Pulo Armin

Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) memaparkan dan menyerahkan konsep desain penataan dua lokasi sempadan Sungai Ciliwung di Kota Bogor. Harapannya, konsep ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Bogor yang tengah berjuang mewujudkan Program Naturalisasi Sungai Ciliwung.
Pemaparan dan penyerahan dua konsep desain ini berlangsung dalam acara Ekspose Tahun 2019 Departemen Arsitektur Lanskap di Balai Kota Bogor, (14/5).
Para mahasiswa pembuat konsep hadir didampingi Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Pertanian IPB, Dr. Ahmad Junaedi dan dosen IPB, Prof. Hadi Susilo Arifin.
Satu konsep yang ditawarkan adalah hasil kerja praktikum tim mahasiswa S-1 semester VI yang beranggotakan 68 mahasiswa. Mereka mengusung tema ”Ciliwung Millenial Society: Transforming Jambu Dua As Waterfront Promenade Anti Mainstream”.
Konsep lainnya, studi lapangan tim mahasiswa pascasarjana semester II, yang diperkuat oleh 13 mahasiswa. Penataan tim ini menawarkan tema ”Bogor Riverscape Amenities Improvement with Naturalisation (BRAIN) Pulo Armin”.
Alfi Hidayat, mahasiswa S-1 IPB, saat pemaparan konsep, antara lain, menjelaskan, waterfront landscape dapat diterapkan di wilayah Jambu Dua dengan semua bangunan mengarah ke sungai.
Pasar tradisional Jambu Dua dibangun ulang dengan jarak minimum 15 meter dari tepi sungai. Sempadan sungai juga ditanami pohon produksi.
Selain itu, ada kawasan sempadan sungai untuk menarik generasi muda atau yang mereka sebut Ciliwung Millenial Society. Kawasan ini dilengkapi dengan amfiteater, panggung, tempat parkir, dan utilitas penunjang untuk kenyamanan pengunjung.
Pasar tradisional yang ada saat ini diusulkan dibangun bertingkat. Usulan ini mengingat sempitnya sempadan sungai. Di pasar itu, para pedagang dikelompokkan sesuai jenis barang dagangannya. Pasar juga dibangun dengan sistem terpadu dengan pengolahan limbah padat dan cair.
Sementara Dwi Santiasi, yang memaparkan konsep desain BRAIN Pulo Armin, menjelaskan, persoalan di perkampungan Pulo Armin yang sangat mengkhawatirkan adalah pengolahan limbah sampah dan cair, dengan bantaran sungai bercadas.
Kelompok ini merekomendasikan waterfront house pilot project atau proyek percontohan permukiman ramah sungai dan nyaman. Dalam kelompok ini, ada toilet komunal, manajemen limbah (waste management), dan aula komunitas.
Rekomendasi lainnya adalah Riverside Community Park, membangun taman di tepi sungai, antara lain berupa urban recreation, untuk dikembangkan menjadi wisata kota, mewujudkan pertanian perkotaan, sekaligus meningkatkan kualitas ekosistem dan pengendalian polusi di permukiman tersebut.
Para mahasiswa ini melengkapi konsep masing-masing dengan desain gambar hasil penataan atau rekomendasinya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya menyambut baik hasil kerja praktikum mahasiswa arsitektur lanskap ini. Apalagi, untuk lokasi itu, Pemkot belum punya gambaran penataannya, mengingat fokus Program Naturalisasi Ciliwung belum sampai ke wilayah tersebut.
Bima mengakui, mewujudkan penataan permukiman masyarakat tidaklah mudah karena beragamnya tingkat dalam masyarakat; kelas bawah, menengah, dan atas.
Berdasarkan pengalamannya, pembangunan yang dinilai baik oleh pemerintah belum tentu diinginkan atau dibutuhkan masyarakat. Sebaliknya, pembangunan yang dituntut masyarakat, setelah dikabulkan, kemudian malah membuat masyarakat menyesalinya karena fasilitas itu justru mengurangi keleluasaan permukiman mereka.
”Karena yang dibangun itu menyangkut manusia, perlu mempertimbangkan aspek sosial kultural masyarakat,” kata Bima.
Ia mengajak para mahasiswa untuk bersama Pemkot Bogor terjun langsung dalam Satgas Ciliwung. Apalagi, saat ini mulai pada tahapan perencanaan program penataan Pulo Geulis dan sempadan sungai di Sempur, yang merupakan bagian kecil dari Program Naturalisasi Sungai Ciliwung. Program ini akan menyasar 13 kelurahan di sepanjang sungai di wilayah Kota Bogor itu.
”Kalau memang punya passion, gabunglah dengan kami. Konsep desain ini saya suka. Namun, masih banyak yang harus digali, didiskusikan lagi oleh kami, oleh staf saya, juga para lurah yang punya wilayah,” kata Bima.(sumber : Kompas)