Mahasiswa IPB Teliti Khasiat Warna Telur Keong Mas

Mahasiswa IPB Teliti Khasiat Warna Telur Keong Mas

mahasiswa-ipb-teliti-khasiat-warna-telur-keong-mas-news
Berita

Keong mas adalah salah satu hewan yang sering ditemukan dan sering diidentikkan sebagai hama bagi tanaman padi. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan telur sebanyak 15-20 kelompok yang tiap kelompoknya berjumlah kurang lebih 500 butir dengan persentase penetasan lebih dari 85%. Kemampuan adaptasi dan daya reproduksi yang tinggi menyebabkan sulitnya pemberantasan hama dari keong mas.

Muhammad Reyhan, Mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian terkait pemanfaatan telur keong mas ini.

Menurut Reyhan, telur keong mas yang berwarna merah muda diduga menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif berupa pigmen alami karotenoid. “Pigmen alami ini sangat dibutuhkan sebagai pewarna makanan maupun pewarna dalam bidang kesehatan," ungkapnya.

Reyhan melakukan penelitian dengan judul Karakterisasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Pigmen Telur Keong Mas (Pomacea canaliculata). Penelitian ini dilakukan bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Nurjanah dan Dr. Asadatun Abdullah.

Metode penelitian yang digunakan Reyhan yaitu ekstraksi pigmen menggunakan aseton dan metanol, analisis fitokimia, penentuan pigmen secara kualitatif dengan KLT dan penentuan senyawa aktif secara semi kuantitatif.

“Dari riset ini terbukti bahwa telur keong mas pada pengekstrak metanol memiliki senyawa aktif berupa pigmen yaitu 11 pigmen karotenoid golongan xantofil, 2 pigmen karotenoid golongan karoten, dan 7 senyawa aktif berupa non pigmen. Sedangkan pada ekstrak aseton menghasilkan 11 pigmen karotenoid golongan xantofil dan 6 senyawa aktif berupa non pigmen,” ujarnya.

Reyhan berharap hasil penelitiannya ini dapat memberikan informasi terkait senyawa aktif yang ada pada telur keong mas. “Saya juga berharap hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada produk pangan maupun non pangan,” tutupnya. (NIRS/Zul)