Iqropolly IPB Goes to Baduy

Iqropolly IPB Goes to Baduy

iqropolly-ipb-goes-to-baduy-news
Berita

Banten (19/1) – Setelah sukses melaksanakan program pengabdian di 10 sekolah dasar di kecamatan Dramaga Bogor, kini Iqropolly Institut Pertanian Bogor menyambangi kampung Baduy.

Tema Iqropolly Goes to Baduy 2018 ini adalah “Bersinergi Mengabdi Membangun Negeri”. Sasaran utama program adalah 40 siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Masyarikul Huda Desa Cicakal Girang dan sasaran tambahannya adalah orangtua wali murid yang berjumlah sekira 150 orang.

Program yang diinisiasi oleh tim Iqropolly Community ini berupa program pengabdian pendidikan yang dikhususkan untuk anak-anak, yaitu program pengenalan agama Islam melalui permainan iqropolly bagi siswa-siswa MI Masyarikul Huda Kampung Cicakal Girang, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten. Pengabdian ini diikuti oleh 21 mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi, yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Semarang, Universitas Syiah Kuala Aceh, Universitas Negeri Medan, Institut Ilmu Quran Jakarta, IAIN Salatiga, dan Universitas Negeri Jakarta.

Selain untuk anak-anak, Iqropolly Goes to Baduy ini juga memberikan penyuluhan kepada orangtua wali murid. Materi penyuluhan di antaranya adalah tentang pertanian dan parenting.

Kegiatan yang berlangsung selama dua minggu (15-27 Januari 2018) ini merupakan kerjasama dari Iqropolly community dengan Pondok Inspirasi dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Ketua pelaksana, Agung Suharyana, yang juga merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor mengatakan, Iqropolly Goes to Baduy 2018 ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengamalan ajaran agama islam oleh anak-anak yang ada di Kampung Cicakal Girang, Kampung Baduy luar, Desa Kanekes.

Ia mengharapkan, selain meningkatkan pengetahuan agama Islam, melalui permainan iqropolly ini, anak-anak diharapkan juga memiliki karakter yang baik sesuai dengan ajaran agama islam.

Kampung Cicakal Girang dipilih sebagai tempat sasaran program karena kampung tersebut merupakan satu-satunya kampung dari 63 kampung suku Baduy yang telah mengenal Islam dan telah mengenal pendidikan.

Islam masuk ke kampung tersebut pada masa Raden Fatahillah dan masih eksis sampai sekarang. Meskipun Islam telah masuk pada masa Raden Fatahillah, tetapi perkembangan Islam masih terhambat oleh peraturan adat suku Baduy. Masyarakat Baduy, terutama Baduy luar, yang masuk Islam, mereka harus menanggung risiko berupa meninggalkan kampung halamannya tanpa membawa harta benda yang mereka miliki.

Adapun dari bidang pendidikan, Kampung Cicakal telah memiliki satu Madrasah Ibtidaiyah, satu Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan satu pondok pesantren. MI Masyarakul Huda resmi berdiri pada tahun 1992 dan telah meluluskan sebanyak 142 siswa. Madrasah Tsanawiyah atau biasa disebut MTs, resmi berdiri sejak tahun 2010. Meskipun relatif baru, saat ini MTs Alam Wiwitan telah mendapat akreditasi dan berhak untuk melaksanakan ujian nasional secara mandiri. Sedangkan pondok pesantren didirikan untuk memberikan fasilitas kepada siswa yang rumahnya jauh dari sekolah sehingga mereka dapat tinggal dan menetap di dekat sekolah.

Ibu Ai Dewi (Kepala Sekolah MTs Alam Wiwitan) mengatakan, masyarakat sangat antusias untuk mengikuti pendidikan terutama anak-anak, mereka yang rumahnya jauh dari sekolah biasanya berangkat satu jam sebelum jam masuk sekolah. Selain itu, terdapat permasalahan yang dapat mengganggu aktivitas belajar dan mengajar di sekolah, yaitu terbatasnya tenaga pendidik yang mau mengabdi kepada masyarakat, kebanyakan para guru tidak bertahan lama.

“Alhamdulillah kami sangat terbantu dengan adanya program iqropolly ini, karena dapat meringankan bapak/ibu guru yang mengajar, selain itu kami juga sangat senang karena masih ada pemuda yang peduli terhadap masyarakat dan mengabdikan dirinya untuk membantu masyarakat.” tambah ibu Ai.(Rosyid/Zul)