Mahasiswa IPB Ciptakan Styrofoam Ramah Lingkungan dari Alang-alang

Plastik merupakan kemasan yang sering digunakan dalam industri pangan. Salah satu golongan plastik yang sering digunakan adalah styrofoam. Kemasan styrofoam atau lebih dikenal dengan plastik busa sangat sering digunakan untuk membungkus makanan terutama makanan cepat saji. Kemasan Styrofoam memiliki keunggulan yaitu praktis dan tahan lama sehingga membuat pedagang tertarik menggunakannya. Akan tetapi banyak yang belum sadar mengenai bahaya yang dihasilkan dari kemasan ini. Bahaya yang ditimbulkan dari kemasanstyrofoam bukan hanya terhadap lingkungan karena sulitnya terdegradasi tetapi juga membahayakan kesehatan karena adanya proses transfer senyawa kimia stiren ke makanan.
Kemasan Biodegradable foam merupakan alternatif baru yang dapat digunakan sebagai pengganti kemasan styrofoam. Biodegradable foam adalah kemasan yang ramah lingkungan yang dapat di degradasi oleh bakteri maupun mikroorganisme lainnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan kemasan seperti styrofoam namun ramah lingkungan dan juga aman bagi kesehatan.
Untuk itu Dedi Saputra Jaya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Ketua PKMPE (Program Kreatifitas Mahasiswa, Penelitian) bersama tim yaitu Gulvi As’ari Tri Kusuma, Nabila Sabrina Silvani, Fathur Rahman dan Nanang Muchtar melakukan penelitian untuk membuat biodegradable foam berbasis pati tapioka termodifikasi dan nanoselulosa alang-alang.
“Ide ini karena keprihatinan kami mengenai maraknya penggunaan styrofoam untuk kemasan makanan. Kemasan tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat mengganggu lingkungan dan dapat menyebabkan kanker karena kandungan penyususn styrofoam seperti stirena dan dikotil ptalat. Selain itu bahan penyusunnya adalah minyak bumi,” ujar Dedi.
Dedi mengembangkan kemasan yang mirip styrofoam namun aman digunakan dan mudah terdegradasi oleh lingkungan. Produk biobased seperti pati cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan biofoam. Namun untuk memperbaiki sifat fisik pati perlu dilakukan modifikasi terlebih dahulu dan untuk membuat sifat fisik maupun mekanik biofoam yang akan dibuat perlu ditambahkan bahan seperti nanoselulosa, plasticizer, dan bahan tambahan lainnya.
Pati merupakan salah satu bahan yang berpotensi untuk dijadikan biodegradable foam. Pati umumnya memiliki keunggulan, yaitu renewable, melimpah, dan mudah terdegradasi.
“Kami menggunakan pati karena pati mudah didapat dan tidak berbahaya. Nanoselulosa yang digunakan adalah alang-alang. Gulma yang selama ini dianggap mengganggu keindahan lingkungan ternyata mengandung banyak selulosa yang bisa dimanfaatkan,” ujar Dedi.
Tahapan penelitian yang dilakukan tim ini meliputi persiapan bahan baku, modifikasi pati, isolasi dan pembuatan nanoselulosa alang-alang, dan pembuatan serta analisis biodegradable foam yang dihasilkan.
Ini adalah salah satu cara untuk mengurangi limbah styrofoam yang ada di masyarakat yang sulit didegradasi oleh bakteri dan mikroorganisme pada lingkungan. Serta menciptakan suatu kemasan yang aman bagi kesehatan masyarakat. (IR/Zul)