Mahasiswa IPB Manfaatkan Cicak untuk Berantas Hama

Begitu beragam jenis insektisida yang beredar di pasaran Indonesia. Mayoritas insektisida yang beredar pun dibuat dengan bahan kimia yang kompleks. Hingga saat ini masih jarang penggunaan insektisida tradisional yang merupakan resep turun temurun pun masih jarang ditemukan dan hanya segelintir orang saja yang tahu. Lantas apakah ada insektisida berbahan alami yang memiliki teknologi canggih dan dikembangkan?
Untuk menjawab tantangan tersebut sekelompok mahasiswa yang berasal dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) 2017 berani melakukan inovasi yang berbeda dari biasanya dengan membuat insektisida alami yang berasal dari hewan yang banyak di jumpai di rumah-rumah, yaitu cicak. Mahasiswa tersebut adalah Ahmad Firdaus, Ajeng Kurnia Dewi, Amalia Styaningrum, Ariska Nugreheni dan Ernita Rahmawati
Cicak (Cosymbotus sp.) yang merupakan famili Gekkonidae merupakan reptil yang hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis. Cicak memiliki 75 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Pada umumnya terdapat beberapa cicak yang sering dijumpai di Indonesia seperti cicak tembok (Cosymbotus platyurus), cicak kayu (Hemidaclylus frenatus), dan cicak gula (Gehyra mutilata). Cicak bertahan hidup dengan cara menangkap dan memburu mangsanya menggunakan mulutnya dan mangsa tersebut ditelan secara utuh. Pada umumnya cicak memangsa serangga seperti laba-laba, buah-buahan, madu, bangkai, dan yang paling dominan yaitu serangga nyamuk dan lalat.
Penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati Departemen Proteksi Tanaman IPB ini memanfaatkan pencernaan cicak tembok, dimana dilakukan isolasi enzim kitinase dari bakteri yang tumbuh dalam pencernaan cicak. Lalu bakteri yang telah dibiakan tersebut akan melalui beberapa uji seperti kitilonitik yaitu untuk mengetahui kemampuan bakteri dapat menghancurkan kitin yang merupakan komponen penyusun kulit serangga.
Enzim kitinase yang terdapat pada pencernaan cicak merupakan target utama sebagai bahan baku bioinsektisida. Mengetahui bahwa cicak memakan mangsanya secara utuh maka bakteri yang terdapat pada pencernaan cicak berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pestisida biologi terhadap hama.
Hama dan vektor penyakit dapat menjadi salah satu penghambat dalam peningkatan produksi hasil pertanian. Hama yang terdapat di Indonesia pada umumnya berupa serangga seperti wereng, belalang, tungau, ulat, kumbang dan lain sebagainya. Hama yang diuji pada penelitian ini yaitu hama wereng batang coklat. Hama wereng batang coklat seringkali mengganggu hasil pertanian dan dapat menyerang secara luas, sehingga dapat merugikan petani secara ekonomi.
Pengendalian hama pada umumnya menggunakan insektisida kimia dimana apabila dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan dampak yang merugikan, seperti terjadinya kekebalan terhadap hama sasaran, merusak lingkungan, bahkan mengganggu keseimbangan ekosistem. Efek lain dari insektisida kimia ini dapat menurunkan kesehatan para petani yang menggunakannya. Sehingga pengembangan terhadap insektisida yang aman bagi penggunanya dan efektif terhadap hama sasaran sangat diperlukan. Firdaus mengatakan dengan penelitian ini diharapkan mengurangi tingkat kerugian hasil produksi petani di Indonesia. (GG/ris)