Anugerah Doktor Kehormatan untuk Sang Penakluk Lahan Kering dari IPB

Anugerah Doktor Kehormatan untuk Sang Penakluk Lahan Kering dari IPB

anugerah-doktor-kehormatan-untuk-sang-penakluk-lahan-kering-dari-ipb-news
Berita

Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar acara Sidang Terbuka pengukuhan Gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) kepada Ir. Fauzi Thoha, Sabtu (12/11) di Auditorium Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Darmaga, Bogor. Site Director Sugar Group Companies berusia 66 tahun ini mendapatkan gelar Doktor Kehormatan (HC) di bidang Keteknikan Pertanian atas konsistensi dan kontribusinya dalam pengembangan keilmuan keteknikan pertanian khususnya di perkebunan tebu dan industri gula nasional selama lebih dari 40 tahun.

Tim promotor diketuai oleh Prof. Dr. Bambang Pramoedya dan beranggotakan Prof. Dr. Kudang Boro Seminar, Prof. Dr. Anas Miftah Fauzi, Prof. Dr. Irawadi Djamaran dan Prof. Dr. Yadi Hariyadi.

Lulus dari IPB tahun 1976, Dr (HC) M Fauzi Thoha langsung bergabung dengan PT. Gunung Madu Plantations dan tugas pertamanya adalah menaklukkan lahan kering agar sesuai untuk budidaya tebu di Pulau Sumatera. Saat itu budidaya tebu lahan kering di luar Jawa merupakan hal baru bagi industri gula di Indonesia. Pabrik gula swasta di luar Jawa umumnya secara intensif mengembangkan R&D sendiri untuk menunjang bibit dan performa pabrik, juga pendidikan atau pelatihan bagi para karyawannya untuk terus meningkatkan efisiensi. 

“Saat membuka lahan, yang namanya ketemu harimau, ular piton sepanjang sepuluh meter atau ribuan rusa sudah menjadi santapan sehari-hari,” ujar ayah dari Gubernur Provinsi Lampung ini.

Selain berhasil membudidayakan tebu di lahan  kering, salah satu inovasi yang sangat berguna bagi ilmu keteknikan pertanian yang berhasil ia ciptakan adalah  inovasi Road Train, pengangkut tebu dari kebun yang paling efektif dan efisien di Indonesia.

“Kondisi areal tebu seluas 90 ribu hektar dengan pabrik-pabrik gula kapasitas tinggi (10-15 ribu TDC) menuntut pasokan tebu tebang yang besar ke pabrik untuk segera digiling. Selain itu, kita juga perlu meminimumkan kerusakan tebu oleh enzim, bahan kimia, dan mikroba yang menyebabkan kemurnian nira berkurang (kadar gula tebu turun). Untuk itu tebu tebang perlu diangkut secara efisien (kapasitas angkut besar dan waktu angkut singkat) menggunakan  road train, yaitu head truck yang menarik lebih dari satu trailer,” terang alumni Fakultas yang kini disebut Fakultas Teknologi Pertanian IPB ini.  Hamparan perkebunan tebu yang dikelola Fauzi Thoha ini terhitung yang terluas di dunia.

Dalam materi orasinya, pria kelahiran Tulung Agung Jawa Timur ini menjelaskan bahwa hingga tahun 2016 ketergantungan Indonesia terhadap produk pertanian impor masih sangat besar, tak terkecuali gula sebagai bahan pokok terpenting kedua setelah beras. Kebutuhan gula nasional saat ini berkisar 4,5-5 juta ton, sementara produksi domestik baru sekitar 2,5 juta ton.  Selisih permintaan dan produksi gula yang makin besar menyebabkan Indonesia terus bergantung kepada impor.

Pada tahun 2016 terdapat 65 pabrik gula di Indonesia, di mana 51 pabrik berada di Pulau Jawa, 10 pabrik di Sumatera, dan 4 pabrik di Sulawesi. Sebelumnya, pada tahun 1930-an jumlah pabrik gula di Indonesia mencapai 170 pabrik. Menyusutnya jumlah pabrik gula ini terutama disebabkan oleh inefisiensi produksi akibat kesulitan memperoleh bahan baku  tebu, kepemilikan Hak Guna Usaha (HGU) atau areal tebu milik sendiri yang tidak memadai, kondisi mesin yang sudah  tua, dan  kapasitas pabrik yang kecil.

Pabrik gula di luar Jawa, khususnya yang dikelola oleh swasta, memiliki produktivitas gula (TSH) yang relatif lebih tinggi dibanding di Jawa dan cenderung terus meningkat (Dewan Gula Indonesia, 2014). Selain memiliki lahan HGU sendiri, pabrik gula di luar Jawa ini kebanyakan dibangun tahun 1980-an sehingga teknologi yang digunakan lebih canggih dengan kapasitas giling yang jauh lebih besar.

Menurutnya dibutuhkan modal awal sekitar lima trilyun untuk membuat suatu  proyek gula baru. Waktu itu (saat awal membangun pabrik gula di Lampung), sasaran utamanya adalah untuk secepat mungkin mendapatkan jumlah hasil tebu yang tinggi, dan bukan produktivitas per satuan luas yang baik.

Kini Sugar Group Companies memiliki pabrik-pabrik gula di Lampung, yaitu PT Gunung Madu Plantations (GMP), PT Gula Putih Mataram (GPM), PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI), PT Sweet Indolampung (SIL), dan PT Indolampung Perkasa (ILP).  Sugar Group Companies memberikan kesempatan kerja kepada 50 ribu orang yang dilengkapi dengan perumahan, air, listrik dan sekolahan (TK, SD, SMP, SMA, Politeknik), rumah sakit, sarana olahraga, sarana ibadah dan sarana rekreasi.

“Kini pabrik gula di Lampung memasok 30 persen produksi gula nasional, atau 82 persen total produksi gula di luar Jawa dan menguasai 96 persen total areal tebu milik sendiri (HGU) dengan produktivitas gula mencapai 6 hingga 8 ton per hektar,” terang ayah tiga anak ini.

Untuk meraih keberhasilan, diperlukan kerja tim (team work) yang baik dimana setiap bagian mempunyai wewenang dan tanggungjawab yang jelas dan bekerjasama dengan erat seperti mata rantai. “Peranan team leader sangat besar dalam menentukan keberhasilan team tersebut.  Selain itu, supporting department juga harus menyiapkan kebutuhan production department (plantation dan factory) seperti pupuk, agrochemical, processing chemical untuk pabrik, spare parts mesin dan alat-alat pertanian sesuai dengan jadwal yang diminta,” ujarnya.

Swasembada Gula 2025

Tahun ini Indonesia masih impor 2,5 juta ton gula. Target pemerintah adalah swasembada gula tahun 2025. Untuk mencapai target swasembada, pemerintah akan membangun 13 pabrik gula baru dan terbuka luas bagi investor.

“Pabrik-pabrik gula tersebut akan dibangun di Indonesia hasil kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup (memanfaatkan lahan yang tidak produktif). Aturannya, setelah tiga tahun berdiri, pabrik harus bangun kebun sendiri. Lahan yang akan digarap ada di Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Sudah ada tim khusus yang akan menggarap program ini, salah satunya Dr (HC) M Fauzi Thoha yang telah berhasil membangun perkebunan tebu di Sumatera,” ujar Prof.Dr. Sam Herodian, promotor sekaligus staf ahli Kementerian Pertanian RI.(zul)