IPB Panen Raya Kedelai di Jambi

IPB Panen Raya Kedelai di Jambi

Panen-kedelai-1
Berita
Impor pangan masih menghiasi wajah Indonesia, baik beras, jagung, kedelai, daging dan ikan.  Rasanya menyedihkan melihat kondisi semua ini terjadi di negara kaya sumberdaya alam ini. Padahal Bung Karno sudah mengingatkan kita 53 tahun yang lalu, agar memperkuat pangan rakyat, untuk menjadi bangsa yang kuat dan mandiri.  Pesan ini disampaikannya saat membuka mencanangkan berdirinya Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai institusi yang dibutuhkan bangsa menjawab kebutuhan pangan rakyat.
 
Dengan motivasi dan semangat tersebut, IPB terus melakukan terobosan di bidang pangan, melalui penguatan riset yang adaptif dengan kondisi bangsa dari inovasi anak bangsanya. Salah satu bentuk inovasi yang sudah bisa mulai diadaptasikan yaitu teknologi budidaya jenuh air (BJA) untuk tanaman kedelai.  Bukti upaya tersebut, Selasa (6/9), Pimpinan IPB bersama  Gubernur Jambi dan Menteri Pertanian secara resmi melakukan panen kedelai berteknologi BJA pada 500 hektar lahan di Desa Simpang, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Tim IPB yang turut hadir diantaranya adalah Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Dr. Prastowo; Direktur Bogor Life Science Technology (BLST) Dr. Meika Syahbana Rusli; Direktur Kerjasama dan Program Internasional (KSPI) IPB Dr. Eddy Hartulistiyoso; serta Dr. Sam Herodian yang juga staf Ahli Menteri Pertanian. Di lingkungan Provinsi Jambi, juga turut hadir para bupati, pimpinan TNI dan Polri, serta wakil Gubernur Jambi serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
 
Kedelai yang mulai panen adalah yang ditanam atas lahan pasang surut, yang terdiri dari 400 hektar kedelai kuning, dan 100 hektar kedelai hitam. Berdasarkan hasil panen, diperoleh produksi sekira 2,1-2,5 ton per hektar (berdasarkan petak ubinan), yang termasuk tinggi dari rata-rata produksi nasional sebesar 1,3 ton per hektar. Prof.Dr. Memen Surahman dan Prof.Dr. Munif Ghulamahdi dari Fakultas Pertanian (Faperta) IPB yang menjadi penemu dari teknologi BJA ini, yakin teknologi ini akan mampu menjawab persoalan impor kedelai yang terjadi selama ini dengan mengoptimalkan lahan pasang surut.
 
Agar terjalin sistem produksi yang komprehensif, maka komponen produksi harus dirangkai dengan sistem pasar yang menguntungkan petani. Dalam kesempatan itu IPB turut menghadirkan BLST sebagai pemandu pasar "guidance market" agar hasil tanam masyarakat sampai di pasar dengan harga yang wajar.  Tahap awal ini, PT BLST menurut Direktur BLST Dr. Meika Syahbana Rusli bekerjasama dengan PT. Unilever untuk menyerap kedelai hitam petani. Sementara komoditas anjasmoro (kedelai kuning) akan dicoba dihubungkan dengan pasar hilir seperti pabrik tahu dan tempe.
 
Melihat perkembangan kedelai pada panen ini yang sangat baik, direncanakan tahun 2017 kedelai BJA direncanakan 500 hektar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dari total potensi lahan 51 ribu hektar, 100 hektar di Kabupaten Muaro Jambi. Dengan waktu pasang surut yang relatif pendek diharapkan masyarakat dapat secara efektif memanfaatkan waktu tersebut untuk tanam kedelai. Agar lebih efektif Pemerintah Daerah (Pemda) juga akan menyiapkan sarana pengeringan, terpal, dan pintu air agar proses tanam berjalan dengan baik.
 
Harapan masyarakat dalam panen kali ini diantara adalah transportasi jalan yang baik, kepastian serapan pasar setelah panen. Bahkan petani bersedia tanam kedelai hitam jika PT. Unilever bisa menyerap panen rakyat ini.  Semangat masyarakat ini perlu diapresiasi agar swasembada kedelai yang diimpikan dapat terjadi, dan kita menjadi bangsa yang mandiri dan berdaulat pangan.*** (yvr)