Dr D. Iwan Riswandi: Sekolah Vokasi Menjawab Tantangan MEA

Dr D. Iwan Riswandi: Sekolah Vokasi Menjawab Tantangan MEA

Dr-Iwan-RR
Berita
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bersepakat untuk memberlakukan pasar tunggal pada akhir tahun 2015 mendatang. Kesepakatan pelaksanaan MEA ini diikuti oleh 10 negara ASEAN yang memiliki total penduduk 600 juta jiwa, dan sekitar 43 persen jumlah penduduknya ada di Indonesia. Artinya, pelaksanaan MEA akan menempatkan Indonesia sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang maupun investasi, sehingga kesiapan sumberdaya manusia (SDM) menjadi isu yang sangat strategis.
 
Demikian disampaikan oleh Wakil Direktur Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr D.Iwan Riswandi, dalam siaran Dialog Pakar IPB di RRI Bogor, Selasa (31/3).
 
Dikatakan, MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa tetapi juga pasar tenaga kerja profesional. Hal ini akan menjadikan persaingan yang ketat. Lalu bagaimana mempersiapkan SDM yang baik?
 
Indonesia, terang Dr Iwan, memiliki peluang untuk mempersiapkan tenaga kerja yang unggul, salah satunya melalui pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh IPB. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.66 tahun 2013 tentang Statuta IPB, yang menjelaskan kewenangan IPB menyelenggarakan jalur akademik, profesi, dan vokasi.
 
Pendidikan vokasi berbeda dengan pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menyiapkan lulusan untuk memiliki keahlian tertentu dalam memasuki lingkungan pekerjaan dan pengembangan keilmuan terapan.  Pada pendidikan vokasi, mahasiswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah dan terampil mencari terobosan inovasi praktis yang dihadapi di lingkungan kerja dan mengembangkan usaha. 
 
Pendidikan vokasi akan menghasilkan lulusan yang siap bekerja, berusaha menemukan aplikasi praktis dan inovasi, serta memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk menyelesaikan permasalahan. Pendidikan vokasi bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tenaga ahli profesional.
 
Beban pengajaran pada program pendidikan vokasi lebih mengutamakan pada aspek keterampilan dan keahlian dibandingkan dengan aspek teori. Pendidikan vokasi mendorong adanya perbaikan proaktif untuk melakukan penyesuaian diri dengan perubahan lingkungan dan mampu mengadopsi strategi antisipatif dalam jangka panjang.  
 
Pola pendidikan vokasi yang diterapkan adalah 70-20-10, yaitu 70 persen pengalaman bekerja, 20 persen dari cara belajar lain, dan 10 persen dengan mengikuti sekolah formal dan membaca.  Dengan pola pembelajaran seperti itu, terang Dr Iwan, akan lebih menarik bagi para pengusaha untuk memperoleh tenaga kerja yang berkualitas, sesuai dengan yang dibutuhkan. (wrw)