Gilang Embang Putra Pratama: Berkeliling Dunia dengan Sepeda

Gilang Embang Putra Pratama: Berkeliling Dunia dengan Sepeda

gilang-embang
Berita
“Rasa kesepian itu pasti ada, terkadang seharian tidak ada yang mengajak saya bicara”. Demikian ungkap Gilang Embang Putra Pratama, alumni Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB) angkatan 42. Ungkapan di atas keluar saat ia ditanya bagaimana perasaannya berkeliling dunia seorang diri dengan menggunakan sepeda. 
 
Ya,  sejak Tingkat Persiapan Bersama (TPB), ia telah aktif tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lawalata, sebuah organisasi pecinta alam yang sangat melegenda di IPB. Tidak seperti lulusan baru pada umumnya yakni mencari pekerjaan mapan, Embang, begitu ia biasa disapa, justru melakukan sesuatu “yang tak biasa”. Ia justru asyik bergelut dengan persiapan ekspedisi solonya “Expedition Solo Around The World”. 
 
Tanggal 13 Mei 2012, Embang bertolak ke Kuala Lumpur Malaysia sebagai titik tolak dimulainya ekspedisi tersebut. Mengapa Kuala Lumpur dan tidak Indonesia? Ini karena hampir seluruh kota di Indonesia pernah ia jelajahi dengan sepedanya. 
 
Sejak bergabung dengan Lawalata IPB, Embang mulai membangun mimpi keliling dunia. Mendaki gunung, ekspedisi, dan bersepeda ke pulau-pulau Indonesia semakin membentuk insting jelajah di dalam dirinya. Menurutnya, menjelajah adalah insting manusia sebagai mahluk hidup dan merupakan perwujudan dari makhluk yang memiliki akal serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. 
 
Bermodal sepeda dan baju batik yang selalu menjadi ciri utama, pria berusia 26 tahun ini banyak menampilkan bahasa non verbal dalam mengenalkan Indonesia ke manca negara. Berbekal kemahiran bermain suling, ia memberi tahu dunia bahwa ia berasal dari Indonesia. Bekal lainnya adalah lukisan yang bergambar suku-suku di Indonesia. Melalui lukisan itu, ia kenalkan bagaimana kayanya budaya Indonesia.
 
Berat sepeda dan bawaannya mencapai 45 kilogram. Tidak heran jika dalam sehari ia bisa mengalami pecah ban beberapa kali. Menanjak dan menuruni jalanan menjadi makanan sehari-hari ketika ia mengayuh. Selain pecah ban, yang menjadi hambatan besar adalah mencari tempat untuk beristirahat di malam hari.
 
Selama mencari tempat untuk menginap, ia tidak pernah mendapatkan tawaran dari orang lokal secara langsung. “Saya lebih sering tidur di camp-camp Tenaga Kerja Indonesia (TKI), itu juga karena saya yang meminta”, ujarnya. Malaysia memang menjadi negara utama bagi para TKI untuk mencari sesuap nasi, hal itu juga yang menjadi keberuntungan Embang ketika ia bingung harus tidur dimana.
 
Saat memulai perjalanannya, Embang hanya membawa uang Rp 500 ribu. Ia menggunakan 50 ringgit dari uangnya itu ketika di Malaysia. Selebihnya Embang menggunakan uang dari pemberian orang di jalan. Pernah pula KBRI Laos memberikan uang 100 dolar sebagai bekal. Sekarang ini UKM Lawalata IPB sedang mengusahakan bantuan dana buat Embang dari berbagai sponsorship sejenisnya. 
 
Selain menyampaikan pesan budaya Indonesia, Embang juga menggaungkan go green and cultural exchange for better life. Jadi selain memperkenalkan budaya Indonesia ke luar negeri, rencananya Embang juga akan mengajak komunitas di negara yang dilewati untuk berkampaye go green.
 
Akhir Bulan Juni 2012, Embang mencapai perbatasan Malaysia dan Thailand. Walaupun daerah yang akan dilewatinya sedang mengalami konflik antara penduduk lokal dengan pemerintah, hal itu tidak mengurangi niatnya melewati daerah dimana para pelancong jarang melewatinya. Dari Thailand, Embang akan meneruskan penjelajahannya ke negara-negara di Benua Asia, Eropa, Afrika, kemudian akan lanjut dan berakhir di benua Amerika. Dari Benua Amerika ia akan berlayar pulang ke Indonesia. Embang akan menempuh seluruh penjelajahannya ini selama tiga tahun. (ris)