Sarjana Peternakan Perlu dibekali Entrepreneurship

Sarjana Peternakan Perlu dibekali Entrepreneurship

Berita

Dihapusnya Departemen Sosial Ekonomi Peternakan pada Fakultas Peternakan di IPB, dirasakan memberikan dampak kurang menguntungkan terhadap lulusannya dan perkembangan dunia peternakan. Karena, mereka tidak mendapatkan ilmu tentang mengelola usaha peternakan yang nota bene kurang kompetitif ketika menghadapi persaingan global di masa depan. Karena itu, ilmu yang didapatkan tidak utuh, dan terkesan sepotong-sepotong. Maka dari itu perlu adanya suatu pemikiran tentang mata kuliah kewirausahaan sebagai bekal mahasiswanya dalam membangun dunia peternakan ketika lulus nanti.

Hal ini diungkapkan oleh dosen yang sekaligus Guru Besar IPB, Prof (Emeritus) Dr.H.R. Eddie Gunardi, pada Sarasehan 70 tahunnya, bertajuk "Revitalissi Kurikulum Fakultas Peternakan (Fapet) dalam Menghadapi Tantangan Global", (5/7) di IPB International Convention Centre (IICC), Bogor.

Sarasehan tersebut menghadirkan Kepala Dinas Peternakan Provnsi Jawa Barat Kusmayadi, Presiden Direktur PT Bina Mentari Tunggal, pemegang merek produk daging segar Kibif, Juan Permata Adoe, Teguh Budiman (Deptan), serta Praktisi Bisnis dan Motivator, Agus Wahyudi.

Hal senada juga terlontar dari Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Kusmayadi dengan memaparkan permasalahan yang kerap terjadi di Jawa Barat. Diantaranya adalah jumlah dan mutu produk peternakan, tidak adanya lahan khusus untuk peternakan, kesulitan memperoleh bibit (ruminansia) dan teknologi peternakan yang masih sederhana. Hal ini juga masih ditambah dengan permasalahan kemiskinan dan rendahnya pendapatan pada kurang lebih 12 juta penduduk Jawa Barat, permodalan dan keberlanjutan lingkungan hidup.

"Semuanya bisa diatasi dengan kemampuan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan organisasi, jejaring yang luas serta mampu mempertanggungjawabkan. Keahlian mempertanggungjawabkan perlu dibekali dengan keahlian entrepreneurship," ujarnya.

Juan Permata Adoe pun memaparkan hal yang sama, besarnya peluang di dalam dunia peternakan seharusnya bisa segera ditangkap. Untuk unggas saja Indonesia sudah bisa dikatakan swasembada dengan nilai bisnisnya mencapai 50 – 60 Triliun, dan untuk ternak sapi mencapai 15 triliun. Namun, lagi – lagi faktor SDM masih kurang memadai di dalamnya. Ia mengatakan, masih sulit mencari ahli Rumah Potong Hewan (RPH) dan ahli pemotongan daging. Bibit sapi perah pun masih minim.

"Peternakan sapi seharusnya bisa meniru perkebunan sawit yang telah sukses mendapatkan perhatian pemerintah," ujarnya.

Sementara itu, Teguh Wibowo di penghujung acara memberikan saran untuk memperkuat mental lulusan sarjana peternakan dan mengusulkan lulusan peternakan dijadikan sebagai sebuah profesi, sama dengan profesi dokter hewan, psikolog dan sebagainya. (man)