Ketua Departemen ESL IPB Menggerakan Grameen Bank di Kabupaten Sukabumi
Grameen Bank (Bank Desa) adalah suatu lembaga keuangan mikro yang mulanya dikembangkan di Bangladesh oleh Prof. Dr. Mohammad Yunus. Prof. Yunnus adalah seorang ekonomi handal yang sebelumnya belajar ekonomi di Universitas "Mbahnya" ekonomi Neoliberalisme yaitu Universitas Harvard Amerika Serikat. Tapi, proses pembelajaran empirikal dan fenomena kemiskinan di negerinya, Bangladesh memaksanya untuk melepaskan semua belenggu keilmuan yang selama ini memenjarakan dirinya dalam belenggu kejumudan mainstream ekonomi pasar. Prof. Yunus akhirnya balik arah dan terjun langsung ke masyarakat miskin dengan mengembangkan Bank Desa. Pengembangan ini lebih mengedepankan aspek gender karena semua nasabahnya adalah kaum ibu. Sejarah membuktikan bahwa Bank Desa ini sukses membangun perekonomian rakyat miskin di Bangladesh. Kini, Prof. Yunus bahkan sudah melebarkan sayapnya bukan hanya pada kaum ibu melainkan juga pengemis. Kendatipun, tingkat keberhasilan pengemis masih relatif rendah (sekitar 30 %) ketimbang kaum Ibu. Setidaknya Bank Desa ini telah mampu mengangkat harkat dan martabat rakyat miskin dan menjauhkannya dari hingar – bingar konflik dan kekerasan. Makanya, Komisi Nobel menghadiahkan "Nobel Perdamaian" kepada Prof Yunus.
Belajar dari kesuksesan Prof. Yunus ini Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT yang juga belajar ekonomi yang hampir sama dengan Prof. Yunus mencoba meniru beliau dengan mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ala Grameen Bank bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi. Kendati belum sehebat Prof. Yunnus LKM binaan Dr. Aceng ini sudah mendapatkan apresiasi dari pelbagai pihak mulai dari kalangan intelektual hingga media massa. Tak kurang media massa koran lokal/nasional hingga televisi (ANTV dan SCTV) sudah mengangkatnya ke pentas publik sebagai suatu bentuk proses pembelajaran yang menarik, sekalipun bentuk serupa sudah banyak berkembang di Indonesia. Tapi, hal menarik yang harus dianjungi jempol adalah keterlibatan seorang intelektual ekonom yang mau bergerak bersama rakyat untuk memajukan perekonomian mereka.
Hingga kini LKM binaan Dr. Aceng ini sudah memiliki Nasabah sekitar 500 orang. Dalam tahun 2010, LKM ini menargetkan nasabah hingga 900 orang. Kendatipun nilai pinjaman tertinggi hanya sebesar Rp 500 ribu per nasabah yang dikelola dengan sistem kelompok. Peran LKM ini amat membantu menggerakan sektor non-formal yang selama ini tak bisa mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan konvensional yang mengharuskan jaminan. Inilah yang membedakan dengan LKM ini. Hingga kini LKM binaan Dr. Aceng menjangkau pelbagai aktivitas ekonomi rakyat kecil di Sukabumi. Mulai dari penyablonan, warung kelontongan, penjual minuman es, penjual gorengan, penjual bakso, hingga hingga pedagang makanan anak-anak. Tingkat pengembalian pinjaman pun amat lancar hingga mencapai 120 %. Artinya, pelaku ekonomi rakyat kecil yang selama ini diragukan oleh kalangan perbankan konvensional ternyata lebih cepat mengembalikan kewajibannya ketimbang para pengemplang uang negara yang mencapai triliunan rupiah. Simaklah kasus Century yang mencapai Rp 6,7 triliun tak pernah kembali sepersen pun dan hingga kini tak ketahuan entah kemana rimbahnya. Sayangnya, perbankan nasional kita masih kurang percaya dengan pelaku ekonomi rakyat kecil akibat tak adanya jaminan tadi. Tapi, lebih percaya pada pelaku ekonomi besar yang bersifat "rampok" dan menggelapkan pajak (baca; Kasus Gayus).
Tapi, Dr. Aceng dengan kawan – kawan di Sukabumi (Sdr. Firdaus dan Wahyu) tak menyerah dan berkecil hati dengan fenomena ketidakadilan alokasi sumberdaya di negeri ini. Beliau bekerja keras berupaya untuk menggerakan sektor ekonomi rakyat ini sebagai perwujudan "kongkrit" dari amanat pasal 33 UUD 1945 yang dulunya menjadi cita – cita mulia pendiri bangsa ini Bung Hatta, Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. Kini sebagian kecil rakyat miskin di Kabupaten Sukabumi mulai mampu menggerakan aktivitas ekonomi riilnya dengan kehadiran LKM ini. Bergeraknya aktivitas ekonomi ini pastinya berdampak positif bagi perekonomian keluarga nasabah LKM terutama meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan keberlanjutan pendidikan anak-anak mereka. Ke depan Dr. Aceng di bantu oleh Direktur Center for Ocean Development and Maritime Civilization Studies (COMMIT), Muhamad Karim, bersama Yayasan Smantis Peduli akan mengembangkan LKM Mikro buat nelayan dan petani ikan miskin serta petani kecil (petani gurem) untuk mengembangkan aktivitas ekonominya. Kegiatan ini sudah dalam proses melalui kerjasama dengan instansi pemerintah daerah terkait. Oleh karena di Kabupaten Sukabumi kini masih berlangsung proses politik lokal yaitu Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) bulan Mei 2010, sehingga aktivitas ini dipending dulu hingga proses politik ini usai dan terpilih Kepala Daerah yang baru. (Dept. ESL FEM IPB)