IPB, Kampus yang Tetap Perhatikan Rakyat Miskin

IPB, Kampus yang Tetap Perhatikan Rakyat Miskin

Berita



Aspirasi Merah Putih (AMP) di RRI Bogor

Institut Pertanian Bogor (IPB)
sudah sejak tahun 2004 mengembangkan sistem SPP subsidi silang, sehingga tidak
ada persoalan bagi mereka yang tidak mampu. Calon mahasiswa bisa tetap masuk
IPB dengan mendapatkan kontribusi sesuai dengan kemampuannya.

Subsidi silang tersebut
dilakukan dimana para mahasiswa membayar sesuai dengan pendapatan orang tuanya.
Mereka yang ekonomi di bawah akan membayar lebih rendah. Sedangkan Mahasiswa
yang memiliki ekonomi tinggi akan membayar lebih besar.

“Pendapatan orang tua mahasiswa
tidak ada kaitannya atau bukan parameter diterima tidaknya calon mahasiswa di
IPB,” ujar Rektor IPB, Prof. Dr. Ir Herry Suhardiyanto, M.Sc., dalam on air
Aspirasi Merah Putih (AMP) Pukul 00.00 di RRI Bogor (25/5), bersama Direktur
Kajian Masyarakat Lekat, Pemerhati Pendidikan, Abdul Fatah. Tema yang diangkat
adalah “Penataan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru”.

Menurut Rektor Image yang mengatakan bahwa pendidikan
tinggi itu mahal dan tidak terjangkau bagi ekonomi lemah, tidak selalu benar. Karena
IPB secara konsisten membuktikannya. Dan bisa dilihat dari penerimaan mahasiswa
baru IPB tidak dikaitkan dengan latar belakang ekonomi orang tua. Yang dilihat
adalah potensi akademik apakah mereka 
mampu atau tidak.

Pernyataan tersebut dipaparkan
oleh Rektor IPB seiring dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan puluhan
pendengar RRI pada saat itu. Mereka menggatakan, perguruan tinggi tidak bisa
dijangkau oleh kalangan ekonomi lemah.

Menanggapi Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan sistem on line, Rektor IPB mengatakan, hal tersebut dalam rangka mengusung
misi nasional, kebersamaan, dan kesatuan dalam kerangka NKRI. “Dari manapun
berasal akan mudah mengakses informasi dan mendaftarkan diri secara on line. Setiap calon mahasiswa dapat
masuk mendaftar dari manapun di seluruh Indonesia,” ujarnya.(man)