Himakova Eksplorasi Taman Nasional Babul
Studi Konservasi Lingkungan 2007 Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor ((Himakova- Fahutan IPB), menghasilkan data dan informasi terbaru mengenai keanekaragaman hayati bagi pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (Babul) Provinsi Sulawesi Selatan. Taman Nasional ini termasuk taman nasional baru dan merupakan kawasan karst (gua kapur) pertama yang ditetapkan menjadi taman nasional.
Kegiatan eksplorasi mencakup keanekaragaman flora dan fauna. Fauna meliputi mamalia, burung (aves), reptil dan ampibi (herpetofauna), kupu-kupu dan fauna gua. Sedangkan flora meliputi tumbuhan endemik, tobat, langka, dan pemanfaatannya secara tradisional.
Setelah diinventarisasi, ditemukan mamalia sebanyak 13 jenis. Tiga jenis merupakan endemik Pulau Sulawesi. Inventarisasi burung tercatat 69 jenis, terdiri 27 famili dari total 650 individu, 13 diantaranya merupakan endemik Pulau Sulawesi.
Hasil eksplorasi mencatat total 6 jenis ampibi dari 4 famili, dan 19 reptil dari 8 famili. 2 ampibi dan 1 reptil merupakan endemik Pulau Sulawesi, yaitu Rana celebensis, Bufo celebensis, dan Hydrosaurus amboinensis.
Pengamatan mencatat 54 jenis kupu-kupu yang terdiri atas 4 famili dari total 514 individu. Tiga jenis diantaranya merupakan spesies hampir punah dan merupakan spesies dilindungi, yaitu Troides helena, T. Haliphron, dan Cethosia myrina.
Inventarisasi fauna gua dilakukan di lima gua. Sebanyak 3 kelas ditemukan di 3 gua dari 5 gua yang diteliti, yaitu serangga, mamalia dan ampibi.
Ada beberapa pemanfaatan secara lokal kekayaan fauna di TN-Babul. Mamalia setelah diburu, untuk dijual atau dikonsumsi. Kebanyakan jenis yang diburu adalah tarsius dan musang sulawesi, yang termasuk jenis yang dilindungi. Burung juga dikonsumsi dan ditangkap untuk hewan peliharaan. Beberapa jenis kupu-kupu juga dimanfaatkan sebagai souvenir yang dijual kepada pengunjung. Untuk fauna gua dan herpetofauna, tidak ditemukan pemanfaatannya di kawasan Taman Nasional ini.
Sementara, identifikasi flora ditemukan 17 jenis bahan pangan, 32 jenis tumbuhan obat, 7 jenis tanaman hias, dan 6 jenis termasuk pemanfaatan lain. Selain itu Taman Nasional Babul memiliki beberapa jenis yang memiliki potensi sebagai ekowisata, seperti Aren (Arenga pinnata Merr) di Pattunuang, dan koleksi penangkaran anggrek secara alami di Baregae.
Terkait identifikasi gua, beberapa gua telah mengalami degradasi lingkungan dengan banyaknya vandalisme. Padahal, gua-gua tersebut memiliki bentukan-bentukan yang menarik, seperti staktit, stalagmite, gourdam, dan tiang.
Ketua Umum Himakova, Sopian Hidayat, yang didampingi Ketua Kelompok Pemerhati Fotografi Himakova, Ardiansyah, menuturkan, TN-Babul memiliki keanekaragaman hayati yang rendah jika dibandingkan dengan hasil eksplorasi yang dilakukan di empat kawasan karst lainnya di dunia. Meskipun demikian, keberadaan kenekaragaman hayati ini memberikan peluang bagi pengembangan ekowisata, karena kawasan ini merupakan kawasan taman nasional pertama di Indonesia yang dieksplorasi kekayaan hayatinya.
Dijelaskan, kegiatan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 10-26 Agustus 2007 ini merupakan kerjasama Himakova, Fakultas Kehutanan, IPB dengan Departemen Kehutanan RI dan World Wildlife Fund for Nature (WWF) Amerika, sebagai bagian dari program kehutanan. (nm)