Perkembangan Empat RUSNAS IPB

Perkembangan Empat RUSNAS IPB

Berita
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr.Ir.Ahmad Ansori Mattjik berharap masyarakat lebih bisa merasakan manfaat Riset Unggulan Strategis Nasional dari Kementrian Riset dan Teknologi ((RUSNAS-RISTEK).”Saya bersyukur IPB memperoleh RUSNAS terbanyak. Tantangan yang dihadapi salah satunya bagaimana mensosialisasikan hasil RUSNAS IPB agar bisa dinikmati  masyarakat luas,” kata Mattjik saat Evaluasi RUSNAS IPB Selasa (8/5) di Ruang Sidang Rektor Kampus IPB Darmaga. IPB memperoleh empat RUSNAS antara lain  buah, industri kelapa sawit, diversifikasi pangan pokok dan sapi perah.

”Tim RUSNAS buah IPB menghasilkan varietas unggul buah manggis (Puspahiang), nenas (Delika Subang dan Mahkota bogor), pepaya (Aruma, Prima dan Wulung Bogor) dan pisang (Bile, Fhia dan Rajabulu),” ujar Dr. M. Sobir, salah satu peneliti RUSNAS buah dari Pusat Kebun Buah Tropika IPB.  Peneliti IPB, saat ini sedang melakukan penelitian pengembangan varietas untuk olahan seperti seleksi varietas nenas dengan bromelain tinggi, pisang untuk produksi tepung dan pepaya untuk produksi papain. Untuk keperluan pengembangan pemuliaan tanaman buah,  IPB telah memiliki tiga koleksi kebun plasma nutfah yakni pisang, nanas dan pepaya.

Tim RUSNAS Industri Kelapa Sawit memaparkan  kegiatan penelitian yang telah  dilakukan mencakup kelompok riset tribologi, surfaktan dan elmulsifier, farmasetikal dan nutrasetikal serta oleofood. ” Rencana penelitian industri hulu kelapa sawit ke depan  antara lain ketahanan tanaman sawit terhadap Ganoderma, penyediaan benih unggul, tanaman sawit benih unggul, tanaman sawit toleran terhadap cekaman kekeringan, pemetaan genom sawit,” kata salah satu Tim RUSNAS Industri Kelapa Sawit IPB, Dr.Ir.Nuri Andarwulan.

Sementara,  Tim RUSNAS  Diversifikasi Pangan Pokok yang diwakili Dr.Ir.Ratih Dewanti menjelaskan selama ini timnya telah meneliti produk-produk beras, jagung, tiwul isntan, sweet potato flake, aneka tepung umbi-umbian, mie jagung istan, bassang instan, cassava flake, cassava fries, dan aneka produk turunan ubi. Produk lain, beberapa olahan sagu dan scale up mie jagung instan. ”Kami juga mengalami kendala dalam pemasaran dan sosialisasi ke masyarakat luas. Industri yang telah mengadopsi teknologi tersebut entah kenapa tidak meneruskan produksi dan pemasaran,” kata Ratih.

Sedangkan Tim RUSNAS sapi perah, Dr.Ir.Asep  Sudarman mengatakan karena  RUSNAS ini baru berjalan dua tahun, timnya belum bisa memberikan hasilnya secara sempurna. ”Kami sedang melakukan penelitian tahap awal, jadi belum nampak progressnya secara signifikan,” kata Asep. Rapat Evaluasi ini dimoderatori oleh Wakil Rektor I, Prof. Ahmad Chozin. (ris)