Prof. Daniel Murdiyarso Raih Penghargaan Achmad Bakrie Award

Prof.Dr.Daniel Murdiyarso, Guru Besar Ilmu Atmosfir di Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB mendapat penghargaan karena membuka peluang ekonomi bergerak, hutan terselamatkan. Daniel Murdiyarso memenangkan penghargaan Achmad Bakrie Award untuk bidang Sains. Daniel Murdiyarso adalah anggota Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang bersama Al Gore beroleh Hadiah Nobel Perdamaian 2007. Kerja ilmiah Murdiyarso berkisar pada penggunaan lahan, kehutanan, dan perubahan iklim. Selain ikut membuat IPCC memperoleh Nobel, riset itu menerangi sekaligus mengubah persepsi para pengambil keputusan mengenai kaitan antara penggunaan lahan, pengelolaan hutan, dan perubahan iklim dunia akibat ulah manusia.
Prof.Daniel menang karena dinilai merupakan sosok penting dalam pengembangan sistem yang memungkinkan sektor industri dunia tetap bisa bergerak mendorong pertumbuhan ekonomi, sembari menyelamatkan dan mengelola hutan dan lahan dunia untuk menangkal bahaya pemanasan global, yang tanda-tandanya kian jelas di seantero Planet Bumi.
Pria kelahiran Cepu 10 September 1955 ini banyak mencurahkan perhatiannya dalam pendidikan dan penelitian di bidang emisi gas rumah kaca (GRK) dan perubahan iklim dalam kaitannya dengan alih-guna lahan, khususnya akibat deforestasi yang diikuti oleh pengembangan lahan pertanian. Kini dia juga aktif sebagai Peneliti Senior di Center for International Forestry Research (CIFOR).
Gelar Sarjana Kehutanan dan Master Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dari IPB diraihnya masing-masing pada 1977 dan 1979, sedang gelar PhD untuk bidang meteorologi dari University of Reading, Inggris, pada 1985. Pengalaman memimpin lembaga internasional yang bergerak di bidang pengembangan kapasitas tentang perubahan lingkungan global, Global Change Impact Center for Southeast Asia (IC-SEA) memberinya kesempatan untuk membuka dan menggiatkan dialog antar-pakar dan pengambil kebijakan mengenai isu di atas.
Dia pun pernah mendapat kesempatan mengabdi sebagai Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup (2000-2002). Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia ini pernah menjadi Penasihat Wetlands International dalam kajian lahan gambut dan perubahan iklim; penasihat Bank Dunia untuk pengembangan BioCarbon Fund dan Forest Carbon Partnership Facility.
Selain menuliskan berbagai monograf, laporan teknis, opini, dan karya untuk peer-reviewed journals, ia juga telah menghasilkan buku seperti Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim (2003), CDM: Mekanisme Pembangunan Bersih (2003), Protokol Tokyo: Implikasinya Bagi Negara Berkembang (2003). Prof. Daniel merupakan satu dari enam orang yang mendapatkan Achmad Bakrie Award tahun ini. Direktur Program Freedom Institute Ulil Abshar Abdalla mengatakan, pemilihan kandidat dimulai dengan membuat daftar calon. Setelah itu, dilakukan survei pada lembaga dan tokoh berkompeten terkait kelayakan kandidat dalam daftar.
"Terakhir voting dewan juri dari dua nama unggulan utama," ujar Ulil. Menurut dia, proses itu berlangsung sekitar lima bulan. Ulil menuturkan, dewan juri sengaja dirahasiakan meniru pola penjurian pemenang nobel. "Sehingga ada kesakralan," ujarnya.
Kategori Sains yang dimenangkan Prof. Daniel adalah ranah yang mencakupi ilmu-ilmu alam dan matematika. Para ilmuwan di bidang ini adalah teladan untuk kerja sepi tanpa pamrih, namun mengubah pokok kemajuan dan modernitas.
"Prestasi mereka yang tak banyak jumlahnya itu, yang seringkali berkualitas dunia, terkubur oleh kelisanan dan budaya massa yang menjangkiti masyarakat kita. Dalam bidang ini kami juga mengutamakan karya-karya yang memberi sumbangan penting bagi khazanah ilmu yang bersangkutan," kata Ulil.***(ris)