Bisakah Agroecology Diterapkan di Indonesia?

Bisakah Agroecology Diterapkan di Indonesia?

Berita
Beberapa pakar pertanian mengatakan pertanian agroekologi merupakan solusi terbaik untuk menekan pemanasan global dan pengurangan pemakaian bahan kimia. Namun pro kontra penerapan agroecology di Indonesia berkembang karena minimnya lahan yang dimiliki petani-petani Indonesia.
 
Untuk itu, Dewan Guru Besar (DGB) IPB menggelar Studium General yang menghadirkan pembicara Prof. Miguel A. Altieri dari University of California, Berkeley USA. Beliau adalah  profesor di bidang Agro-ecology pada Department of Environmental Sciences, Policy and Management (ESPM), UC, Berkeley. Acara yang digelar di Ruang Senat IPB (14/6) ini mengangkat topik “Who will feed us in the planet in crisis?”
 
“Sebagai salah satu contoh, Pretty dan Hine (2009) telah mengevaluasi 16 proyek agroecologi yang tersebar di delapan negara Asia dan didapatkan bahwa 2,86 juta rumah tangga secara subtansial telah menaikkan produksi pangan total pada 4.93 juta hektar. Dengan penerapan agroecology, saya rasa bisa menjadi kantong pangan dunia dan mampu menekan pemanasan global, ” terang Prof. Miguel dalam presentasinya.
 
System of Rice Intensification (SRI) adalah salah satu cara budidaya padi dengan pendekatan agroecologi. Sistem ini sudah menyebar di China, Indonesia, Kamboja dan Vietnam dan sudah mencapai lebih dari jutaan hektar lahan dengan rata-rata peningkatan hasil sekitar 20-30%. Keunggulan SRI yang sudah didemonstrasikan di lebih dari 40 negara di dunia, adalah peningkatan hasil lebih dari 50%, pengurangan penggunaan benih hingga 90%, dan pengurangan penggunaan air hingga 50%.
Sementara itu, Prof. Hidayat Pawitan Guru Besar Geofisika dan Meteorologi IPB, sebagai salah satu peserta yang hadir, mengatakan pendekatan agroekologi dikatakan mampu memberikan solusi cerdas untuk menekan pemanasan global namun membutuhkan lahan pertanian yang luas.
 
“Perlu dipertimbangkan lagi jika sistem ini akan diterapkan di Indonesia, karena akan terkendala masalah lahan. Petani Indonesia kebanyakan adalah petani gurem dengan lahan terbatas,” ujarnya.(zul)