Bunga Rampai Kegiatan Agrinex Expo 2008

Bunga Rampai Kegiatan Agrinex Expo 2008

Berita

Agrinex Expo 2008 merupakan kelanjutan dari Agrinex Conference & Expo 2007 yang terselenggara berkat kerjasama  Institut Pertanian Bogor (IPB), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Performax. Kegiatan ini didukung  Dekopin dan Departemen Pertanian.  Sponsor utama Agrinex Expo 2008 yang  mengambil tema ‘ Go Green"  ini  adalah PT. Sampoerna Agro Tbk. Sebuah industri  berorientasi bisnis rokok berubah bisnis agro (pertanian). Agrinex Expo 2008 diharapkan dapat mengangkat sektor agribisnis sehingga agribisnis Indonesia diakui pasar dunia.

 

Penerapan konsep Academician, Bussines, Government and Community (ABGC) yang didalamnya mencakup  kaum akademisi, pengusaha, pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat mewakili seluruh unsure bangsa sehingga tercapai tujuan bersama yaitu Indonesia sejajar dengan negara berkembang lainnya. Agrinex Expo 2008 merupakan wadah yang tepat dalam menunjukkan produk agribisnis Indonesia yang beranekaragam dan berkualitas, sehingga pantas bersaing di pasar dunia.

 

Adanya sponsor memungkinkan agrinex bisa diadakan di Jakarta Convention Center dengan kualitas property, acara dan publikasi yang memadai. Terimakasih disampaikan kepada Wilmar, Sinar Mas, Heinz ABC, Provident dan BRI yang memungkinkan subsidi bentuk discount, 75 persen  kesertaan litbang, 66 persen  kesertaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan perguruan tinggi, 50 persen  kesertaan Pemerintah Daerah  serta memberikan gratis ketersediaan media, asosiasi dan hasil penelitian mahasiswaa binaan yayasan Inovasi Technology Indonesia di Agrinex 2008. Agrinex Expo 2008 ini diikuti lebih dari 100 exhibitor.

 

Kegiatan Agrinex Expo 2008 telah diselenggarakan pada tanggal 21-24 Maret di Jakarta Convention Center. Adapun resume beberapa kegiatan Agrinex Expo 2008 diantaranya sebagai berikut:

 

 

Kegiatan hari Jum'at (21/3)

 

a. Pembukaan Agrinex Expo 2008

 

Pembukaan Agrinex Expo 2008 dimulai pukul 10.00 WIB di Ruang Agrinex Room. Menteri Pertanian, Anton Apriantono didampingi Ketua Panitia Pelaksana Sampoerna Agro Agrinex Indonesia 2008 Go Green, Ir. Rifda Ammarina, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Sandiaga S.Uno, Rektor IPB, Dr.Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc., dan Ketua Umum DEKOPIN, Adi Sasono, secara resmi membuka "Sampoerna Agro Agrinex Indonesia 2008 Go Green" Jum'at (21/3) di Jakarta Convention Center.

 

Mentan menyampaikan dalam membangun pertanian nasional, pendekatan sistem agribisnis  masih sangat relevan. Sistem agribisnis mencakup seluruh aspek mulai dari subsistem hulu (produksi dan pengolahan hasil) hingga sub sistem hilir (pemasaran dan faktor pendukungnya) mempunyai posisi dan peranan yang sangat strategis.

 

pencet_tombol_400_01Lebih lanjut Mentan menyampaikan semakin majunya teknologi berdampak pada tingkat pengetahuan para petani. Produsen pertanian sering  memproduksi produknya yang ramah lingkungan dan sesuai pasar, namun produk mereka banyak belum dikenal di pasaran. Membudayakan penggunaan bahan dan produk pertanian  ramah lingkungan tentunya perlu dilakukan suatu kampanye terus menerus, melalui berbagai event yang melibatkan masyarakat luas, seperti pameran maupun expo. Pada kesempatan tersebut tidak lupa Mentan menyampaikan apreasiasi kepada Institut Pertanian Bogor (IPB), BPP HIPMI dan  kepada PT. Perfomax sebagai Event Orgaziner serta rekan-rekan yang telah menciptakan acara ini menjadi suatu ajang promosi yang istimewa.

 

Ketua Umum Dewan Koperasi Nasional, Adi Sosono mengatakan mendukung penuh kegiatan ini. Rektor IPB, Dr.Ir.Herry Suhardiyanto, M.Sc mengucapkan selamat dan terima kasih pada berbagai pihak atas terselenggaranya kegiatan ini. Kegiatan ini diharapkan meningkatkan dukungan masyarakat baik  swasta, pemerintah, perguruan tinggi dan litbang dalam membangun agribisnis Indonesia.

 

 

b. Talk Show I : ‘Kemana Perkembangan Industri Sawit Indonesia'

 

Talk Show ini menghadirkan pembicara antara lain : Max Ramajaya dari PT Wilmar Group, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Ir. Sandiaga S. Uno dan Dr. Bayu Krisnamurthi,  Deputi II Menko Perekonomian Republik Indonesia (RI) Bidang Pertanian dan Kelautan moderator talkshow ini Ivan Batubara dari HIPMI.

 

Bayu Krinamurthi, minyak sawit salah satu komoditas unggulan nasional  dan menghasilkan pendapatan 12 milyar dollar. Belum pernah dalam sejarah, minyak kelapa sawit sangat menguntungkan seperti sekarang. Harga per minyak kelapa sebesar 1100 dollar per ton. Biaya produksi sebesar 400 dollarper ton. keuntungan yang diperoleh sebesar 600-700 dollar.  Kelapa sawit yang diekspor Indonesia 50 persen masih berupa minyak mentah, minyak goreng 30-35 persen dan produk hilir baru 5 persen. Sedangkan Malaysia lebih dari 80 persen berupa minyak pelumas, minya goreng dan biodesel.  Hal ini tantangan bagi anak negeri untuk mengembangkan industri hilir perkelapasawitan. Disamping pelaku muda usaha, industri hilir ini menarik  banyak pihak antara lain: peneliti, para pekerja, tim ahli dan sebagainya.

 

Sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia, Indonesia bisa menjadi  promotor untuk menentang keras kebijakan proteksi negara lain sehingga impor kelapa sawit bisa masuk. Hal ini juga demi keberlangsungan usaha kelapa sawit nasional. Sebab, pasar dalam negeri hanya bisa menyerap 4-5 juta ton. Sisanya, sekitar 16-17 juta ton membutuhkan konsumen di pasar internasional. Salah satunya dengan memproduksi  komoditi sawit yang dibutuhkan industri lain.

 

Max Ramajaya dari PT Wilmar Group mengatakan terjun ke dunia usaha kelapa sawit bukan sekedar bisnis namun memerlukan passion of life.  Seorang entrepreneur yang memiliki visi, misi bagus. Bisnis kelapa sawit tidak membutuhkan orang yang duduk-duduk saja di kursi kantor. Kita harus berjalan 2,5 kilometer setiap hari, hidup di tengah hutan, bekerja di kebun, jauh dari masyarakat.

 

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Ir. Sandiaga S. Uno, mengatakan pemain industri agribisnis  sangat sedikit, sehingga aktivitas ekonomi pun kurang bergairah. Dari 25 ribu anggota HIPMI, hanya 5 persen yang menerjuni dunia agribisnis. Setelah Angrinex Expo tahun 2007, banyak bermunculan pemain baru  agribisnis khususnya bisnis kelapa sawit dari hulu hingga hilir.   Terjun bisnis dalam perkelapasawitan tak harus menjadi produsennya, sub sektornya pun juga merupakan peluang diantaranya usaha pengadaan bibit, pupuk, pemasaran Crude Palm Oil.

 

pemotongan_400_01

c. Talk show II : Ketahanan Pangan Nasional, Antara Harapan dan     Kenyataan

 

Pembicara Talk show : Ketahanan Pangan Nasional, Antara Harapan dan Kenyataan antara lain : Gubernur Gorontalo, Ir.Fadel Muhammad,  Kepala Badan Urusan Logistik, Mustofa Abubakar dan Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian Sutarto Alimoesa. Moderator talk show ini Untung Jayadi dari Agrina.

 

Fadel menyampaikan diperlukan keteladanan dan kepemimpinan pemerintah daerah dalam membangun ekonomi daerah dan mencapai ketahanan pangan.  Fadel menerapkan sembilan pilar agropolitan dalam mewujudkan revitalisasi pertanian menuju pertanian modern di Gorontalo. Kesembilan pilar tersebut antara lain: pertama, penyediaan alat medin pertanian dalam bentuk unit pelayanan jasa alsintan, kedua, penyediaan dana penjaminan petani (APBN, APBD, ASKRINDO, Bank BRI, Bank Mandiri dan Bank BNI), ketiga, penyediaan benih unggul pupuk dan pengendalian hama atau penyakit, keempat, memperlancar pemasaran dengan jaminan harga pasar melalui BUMN kerjasama dengan pengusaha antar pulau dan ekspor, kelima, pembangunan irigasi dan jalan akses agropolitan, keenam, percontohan window di setiap kabupaten dan posko agropolitan, ketujuh, peningkatan sumberdaya manusia pertanian, kedelapan, meningkatkan efektivitas atau peran maize center dalam penelitian, pengkajian teknologi dan penerapan teknologi baru, dan kesembilan, perencanaan dan koordinasi. Fadel membuka kerjasama dengan para peneliti, institusi perguruan tinggi, pemerintah dalam hal ini Bulog untuk makin menggiatkan upaya pencapaian ketahanan pangan.

 

Mustafa mengatakan  Bulog daerah siap bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam menjamin ketersediaan  dan pemerataan akses pangan. Menurut Mustafa, saat ini banyak dibutuhkan sosok pemimpin daerah dan nasional yang memiliki jiwa entreprenuer goverment.

 

 

d. Talk Show III:  Skenario Penguatan Industri Benih Perkebunan

 

Pembicara talk show sesi ini yakni : Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian RI Darmansyah Basyaruddin,  Research Director Sampoerna Agro Dr.Dwi Asmono, Ph.D dan  Wakil Rektor Bidang Bidang Bisnis dan Komunikasi IPB Dr.Arief Imam Suroso,M.Sc. Moderator acara ini  Agus Supriono dari Agro Observer.

 

Pada tahun 2010 mendatang Indonesia ditargetkan bisa membangun industri perbenihan sawit tersistem dengan mengandalkan potensi sumberdaya di dalam negeri. Artinya mutu dan jumlah benih yang dibutuhkan masyarakat bisa sampai kepada tingkat petani atau masyarakat secara cepat dan tepat.

 

Program pemerintah mengenai perbenihan sudah jelas, baik  benih komersial dan non komersil. Program komersil didorong dan difasilitasi oleh pemerintah agar terus berkembang. Langkah ini masih terus dilakukan, salah satu contohnya dengan melakukan pengkajian dan pengkayaan plasma nutfah dalam menghasilkan varietas terbaik untuk kelapa sawit. Hal ini dilakukan pemerintah dengan bekerjasama pengusaha. Pencarian varietas terbaik ini tidak hanya ke negara Afrika tapi dilanjutkan ke negara Amerika Selatan.

 

Sedangkan program non komersial, dalam hal ini Darmansyah mengatakan, pemerintah merencanakan dari hulu hingga hilir terlaksana secara sistematik. Artinya mulai dari breeding, produksi, pengawasan mutu dan pendistribusiannya merupakan  porsi program pemerintah.

 

Menyoroti soal teknologi ternyata tidak perlu dikhawatirkan,  Dwi Asmono mengatakan, processing untuk menghasilkan benih sawit yang berkualitas sudah tersedia, mulai dari pendekatan konvensional maupun teknologi tinggi.

 

Namun, terkait sumberdaya manusia, Indonesia dirasakan masih minim pakar yang menggeluti bidang ini. Dari tujuh perusahaan yang bergerak di perbenihan,  separohnya mengimpor bahan baku termasuk SDM dari Eropa. Wakil Rektor Bidang Bidang Bisnis dan Komunikasi IPB, Dr.Arief Imam Suroso,M.Sc., mengomentari kebenaran minimnya SDM tersebut.

 

 

e. Forum Group Discussion  ‘Cetak Biru Pertanian Indonesia'

 

Acara ini menampilkan pemaparan materi dari: Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc; Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Adi Sasono; Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS; serta Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Sandiaga S. Uno.  Berkesempatan memandu acara ini, Pemimpin Redaksi Harian Umum Kompas, Suryopratomo.

 

Mentan mengatakan Indonesia harus fokus produk mana yang akan kita genjot produksinya di dalam negeri.  Karena kita harus bertumpu pada teknologi. Inovasi pun menjadi keharusan sehingga produktivitas dan nilai tambah bisa digenjot.  Indonesia bisa mencontoh  Brazil yang unggul di tanaman-tanaman semusim, dan beberapa komoditas masih impor. 

 

 Pertanian membutuhkan dua hal penting yakni: insentif dan  perlindungan.  Mentan menandaskan pentingnya pewilayahan untuk menghindari jatuhnya harga produk pertanian akibat panen yang berbarengan.  Kegiatan packing dan grading dipandang Mentan sebagai hal penting untuk memberikan nilai tambah selain menyerap tenaga kerja.

 

Mentan pun menyatakan perlunya penyatuan Departemen Perdagangan dengan Departemen Perindustrian, karena ranah tersebut terkait erat. Pertanian mestinya dekat dengan  hole share market.

 

 

Adi Sasono menyatakan Dekopin telah mengembangkan ribuan hektar lahan kedelai di Jember. Dikatakannya, dengan 1 juta lahan kedelai, sebenarnya bisa menutup kebutuhan kedelai kita. Kondisi ini akan turut membantu  petani kita keluar dari kemiskinan.  Jika  dahulu Indonesia dibelenggu oleh kolonialisme berupa penjajahan fisik, kini kita dijajah oleh neokolonialisme yang telah menjadikan negeri ini sebagai: sumber bahan mentah; tempat penanaman modal asing; pemasok buruh murah; serta tempat pemasaran bagi  industri maju. Lebih lanjut dikatakannya, tugas kita adalah membebaskan bangsa ini dari struktur ekonomi yang menindas.Dalam hal ini memang terjadi kesalahan negara dalam menjalankan fungsi dasarnya.  Tapi kita pun tak hanya bisa menyalahkan negara.  Karena ini given. Untuk itu, menurutnya seluruh komponen bangsa harus berbuat.  Dekopin mencoba melakukan integrasi ekonomi dengan mengembangkan sistem online di 360 pusat keuangan di Indonesia yang akan membantu standarisasi akuntansi.

 

Rektor IPB dalam uraiannya menandaskan, untuk merespon tantangan pengembangan agribisnis di Indonesia, terutama dari aspek sumberdya manusia(SDM)-nya, IPB  terus berupaya memupuk softskill dan jiwa entrepreneur mahasiswa.

 

 

pameran_lain_3_400

Hari ke-2, Sabtu (22/3)

a. Talk Show IV : Rempah Indonesia Bagaimana Kini?

 

Talk Show yang dimoderatori Rifda Ammarina ini menghadirkani pembicara Ketua Harian Dewan Rempah Indonesia Suhirman Mujodihardjo, Ketua Eksekutif Director Rempah Indonesia Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Mindo Sitorus, dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian Departemen Pertanian Dr.Ir.Mat Syukur, MS.

 

Masih terbuka luas pengembangan agribisnis untuk rempah di Indonesia. Sekitar 300 ribu spesies tanaman diduga mengandung khasiat rempah dan obat. Indonesia nomor dua setelah Berazil akan kekayaan rempah ini. Namun sangat disayangkan dari 300 ribu itu hanya 1000 spesies yang digunakan dan hanya 100 spesies saja yang sudah dibudidayakan. Menurutnya, Indonesia masih bisa berbangga hati, karena dari spesies tersebut Negara Indonesia masih unggul dan nomor satu di dunia, seperti pala, kayu manis dan cengkeh. Namun ada beberapa juga yang sudah tergeser dari nomor satu seperti lada dan vanili.

 

Menurut Ketua Harian Dewan Rempah Indonesia Suhirman, Indonesia masih bisa berbangga hati, karena dari spesies tersebut Negara Indonesia masih unggul dan nomor satu di dunia, seperti pala, kayu manis dan cengkeh. Namun ada beberapa juga yang sudah tergeser dari nomor satu seperti lada dan vanili.

Sementara itu, Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dr.Ir.Mat Syukur, MS., memberikan alternatif pemecahan permasalahan tersebut dengan Kredit usaha Rakyat (KUT).

 

"Kredit ini memiliki bunga yang sangat rendah yaitu sekitar 7 persen dalam satu tahun, diperuntukan bagi para petani dan tidak dibatasi komoditasnya. Kredit ini juga bisa diakses di seluruh bank Nasioanal dan 11 bank Daerah," ujarnya.

 

Sementara itu, Ketua Eksekutif Director Rempah Indonesia Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Mindo Sitorus, terkait dengan rempah ini merencanakan akan memetakan kekayaan rempah di Indonesia dan akan membangun kelembagaannya.

 

b. Talk Show V : "Orientasi Agribisnis Nasional di Pasar Global"

 

Menghadirkan pembicara Presiden Direktur PT Heinz ABC Indonesia  Nilesh Patel, Wakil Ketua Komisi DPR RI Prof.Dr.Didik J.Rachbini. Talk Show ini dimoderatori Suryopratomo dari Kompas.

 

c. Talk Show VI : Booming Hortikultura Siapa yang Diuntungkan?

 

Acara ini menghadirkan pembicara, Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia Karen Syarief, dan Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian Ahmad Dimyati. Acara ini dimoderatori M.Toha dari  HIPMI.

d. Sarasehan Terbatas Alumni IPB ' Membangun Percepatan Agribisnis Indonesia'

 

Menghadirkan pembicara Rektor IPB,  Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc,dan  Menteri Pertanian, Anton Apriyantono. Temu alumni ini dihadiri alumni IPB dari berbagai latarbelakang profesi.

 

 

e. Temu Bisnis Badan Penelitian Departemen Pertanian

 Departemen Pertanian mensosialisasikan beberapa hasil penelitiannya diantaranya: beras beriodium, feromonas sebagai teknologi pengendalian Oryctes rhinoceros, healtro instan (temulawak cemerlang, secang fit, purwoceng stamina), androcap sambiloto, pegagan ekstrak dan altabu (pengendali lalat buah), paket teknologi prosessing manggis.  Penyaji hasil penelitian dalam kesempatan itu antara lain: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Ir. Sulusi Prabawati, M.Sc, Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit Dr.Witjaksana Darmosarkoro,  Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Dr.Ir.Sukamto, M.Agr.Sc, dan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Dr. Raffi Paramawati, M.Si. Forum bisnis ini dimoderatori Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Ir.Rudy Tjahjohutomo, MT.

 

Hari ke-3, Minggu (23/3)

a. Talkshow VII : Peran BUMN dalam Pengembangan Agribisnis

 

Acara ini menghadirkan pembicara Sekretaris Kementrian Negara Badan Usaha Milik Negara.Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu,  Eco Pesantren, Abdullah Gymnastiar. Acara ini dimoderatori Arita Dewi dari Radio Republik Indonesia.

 

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengalokasikan dana sebesar Rp 60 trilyun untuk kegiatan Corporate Sosial Responbility dan Rp 40 trilyun untuk pengembangan usaha petani dan kecil menengah. Menurut Muhammad Said Didu, Sekretaris Kementrian Negara Badan Usaha Milik Negara. Diperlukan jembatan yang menghubungkan antara pihak pemilik dana dengan petani dan usaha kecil menengah. Seperti BUMN, bank-bank pemerintah pun juga mengalami hal yang sama. Bank-bank pemerintah mengalami kesulitan dalam menyalurkan kredit rakyat. Diperlukan n lembaga atau pihak yang benar-benar peduli pada usaha kecil menengah dan bukan dalam rangka kepentingan 200..

 

Terkait ketidakterarikan pemuda terjun ke pertanian, menurut Abdullah Gymnastiar, karena masyarakat Indonesia kurang menghargai pertanian dan negerinya sendiri. Petani kurang mendapat penghargaan dibanding profesi pengusaha dan artis. Konsep eco pesantren yang dikembangkan Aa gym merupakan wujud keprihatinannya terhadap kondisi pemuda. Aa Gym menyoroti ketiadaan sekolah khusus pertanian yang menyiapkan tenaga pertanian tangguh layaknya ABRI memiliki Akademi ABRI, dan pemerintah memiliki STPDN.  Dengan adanya sekolah khusus pertanian yang tangguh diharapkan petani selain memiliki kemampuan menanam, juga memiliki wawasan luas manajerial seperti penguasaan teknologi, mengelola keuangan, koperasi dan pemasaran.

 

Terkait peran pemerintah dalam pertanian, Aa Gym mengharapkan langkah praktis seperti yang dilakukan Departemen Pertanian pada  Agrinex Expo 2007 yakni membuka pasar tani atau agro spot. Pasar tani di beberapa lokasi ini mendekatkan petani dengan pembeli dan memotong jalur distribusi.  Walhasil, pendapatan petani meningkat dan pembeli memperoleh harga lebih rendah.

 

b. Talk Show VIII : Agrowisata Langkah Edutainment Agribisnis

 

Talk show yang dimoderatori Rifda Ammarina  ini menghadirkan Drs.Achyaruddin, Direktur Produk Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian Republik  Indonesia Djoko Said Damardjati.

 

 Dapartemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun ini mentargetkan 7 juta wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. Produk pariwasata Indonesia tak kalah dengan mancanegara. Indonesia dinilai Drs.Achyaruddin, Direktur Produk Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, memiliki agrowisata terlengkap seperti taman bunga, perkebunan (teh, kelapa sawit, karet), tanaman sayur-sayuran, perikanan (tangkap, sungai, laut dan darat), pemandangan alam pegunungan. Djoko Said Damardjati, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian Republik  Indonesia mengatakan Departemen Pertanian siap membantu menyiapkan data-data objek dan bersedia membuat daftar mapping agrowisata.

c. Talk Show IX: Penciptaan Lapangan Kerja Baru Melalui Pengembangan  Agribisnis

 

 Talk show yang dimoderatori LKBN ANTARA Era Rafzon Saptilyudan menghadirkan pembicara seperti: Dirjen Pembinaan Penyiapan Pemukiman dan Penempatan Transmigrasi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Ir. Harry Heriawan, M.Sc., Akademisi, Dr.Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., serta Dirjen Pembinaan Penyiapan Pemukiman dan Penempatan Transmigrasi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Ir. Harry Heriawan, M.Sc.

 

Perlu ada paradigma baru di Agrinex Expo Go Green 2008 bahwa tranmigrasi tidak hanya mengatasi kemiskinan dengan melakukan perpindahan penduduk dari suatu kawasan padat menuju kawasan yang jarang penduduknya, dan sekedar mengembangkan komoditas tertentu sebatas produksi saja. Namun, dari program kegiatan diharapkan melahirkan entrepreneur agribisnis dan membentuk suatu kawasan mandiri terpadu dari hulu hingga hilir dengan pendekatan kawasan tersebut. Begitu dipaparkan oleh Dirjen Pembinaan Penyiapan Pemukiman dan Penempatan Transmigrasi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Ir. Harry Heriawan, M.Sc.

 

Asep saefuddin, mengatakan suatu bangsa jika ingin maju maka 2 persen dari jumlah penduduknya harus entrepreneur. Data dari BPS 2007 mengatkan bahwa Penduduk Indonesia yang terjun di dunia entrepreneur baru 0,16 persen, menurutnya negara Indonesia masih memiliki peluang sebesar 10 kali lipat.. Tranmigrasi dan entrepreneur itu harus di gabungkan sehingga Indonesia menjadi negara maju.

 

Perguruan tinggi itu harus menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam diri mahasiswanya, sehingga perguruan tinggi itu bisa melahirkan lulusannya yang tidak menunggu pekerjaan namun menciptakan pekerjaan. Bayangkan saja setiap tahun ada sekitar 30 ribu lulusan yang dilahirkan dari setiap perguruan tinggi. Jika 50 persen saja bisa terjun di dunia entrepreneur maka Indonesia tidak lama lagi akan menuju yang 2 persen itu. Asep mengatakan IPB sebagai salah satu perguruan tinggi terbesar pertanian di Indonesia siap menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa entreupreuneurship.  IPB telah mendirikan konsep  IPB Student Technopreneurship dimana para mahasiswanya diajarkan entrepreneur berbasis teknologi.

 

 

 

d. Pengumuman Pemenang Bussines Plan

 

Melalui kegiatan Bussiness Plan Competition yang digelar sebagai salah satu rangkaian perhelatan agribisnis nasional ini, sebanyak 44 proposal diterima panitia untuk dikompetisikan. Keluar sebagai pemenang I, Hestiana (Institut Pertanian Bogor) dengan proposal "Sweet Potato Flakes Sebagai Pangan Alternatif Perubahan Berbahan Baku Lokal" , pemenang II, Mutakiyah Prihatining Rahayu (Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto) dengan proposal ‘Saha Coco Fiber", dan  pemenang III Didik Listi Abi (Universitas Diponegoro, Semarang) dengan proposal ‘Kampung Laut "Distributor dan Kafe Rumput Laut'. Dewan juri Bussiness Plan Competition ini terdiri dari Rifda Ammarina (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), Arif Imam Suroso (Wakil Rektor Bidang Bisnis dan Komunikasi IPB),  Mindo H Sitorus (Dewan Koperasi Indonesia), Iranda (Sentra Media), dan Indra Pangasian (Sampoerna Agro).

 

 

Hari ke-4, Senin (24/3)

a. Talk Show X: Sejauh Mana Revitalisasi Pertanian Indonesia

 

Pembicara talk show ini yakni Rekor IPB Dr.Ir.Herry Suhardiyanto,MSc, dan Kepala Badan Ketahanan pangan Departemen Pertanian Dr.Kaman Naenggolan, MS . Moderator acara ini drh.R.P. Agus Lelana., SpMp, M.Si.

 

Pada tahun 1998 saat krisis, pertanian datang sebagai penyelamat pertumbuhan ekonomi nasional. Sekarang, kenaikan harga dunia yang berdampak naiknya komoditas dalam negeri patut menjadi pelajaran berharga, agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama. "Sudah dua kali kita diberi pelajaran dari Allah, betapa pentingnya pertanian sebagai platform pembangunan ekonomi nasional. Berapa banyak lagi kita membutuhkan pelajaran sampai kita sadar," tandas Rektor IPB. Masalah pertanian bukan hanya masalah nasional namun sampai internasional. Kebijakan pertanian hendaknya disesuaikan potensi masing-masing daerah.

 

Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Dr.Kaman Naenggolan, M.S, mengatakan revitaliasasi perlu dilakukan agar kita memperhatikan dan menggiatkan sektor pertanian menuju kemandirian pangan nasional. Saat ini Departemen Pertanian sudah mengembangkan program  percontohan desa mandiri   pangan  yang telah dilaksanakan di 825 desa.

 

 

 

b. Talk ShowXI : Paradigma Baru Pertanian Indonesia

 

 Wakil Rektor bidang Sumberdaya dan Pengembangan IPB, Dr. Ir. Hermanto Siregar, Riset direktur Sampoerna Agro, Dr.Dwi Aswono dan Direktur Utama Radio Republik Indonesia, Parni Hadi.

 

c. Penutupan Agrinex Expo 2008

 

Menteri Pertanian, Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS, didampingi oleh Ketua Panitia Pelaksana Sampoerna Agro Agrinex Indonesia 2008 Go Green, Ir. Rifda Ammarina, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Sandiaga S.Uno, Rektor IPB, Dr.Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc., dan Ketua Umum DEKOPIN, Adi Sasono, menutup kegiatan Agrinex Expo 2008 ‘Go Green'.

 

Mentan mengatakan pada  awalnya tahun 2007 lalu, ia ingin menampilkan wajah agrobisnis yang bergengsi, yaitu merubah paradigma pertanian yang tidak hanya sekedar hanya mencangkul tapi terkait dengan agrobisnis, agroindustri, agroservices, agrowisata dan sebagainya. Ternyata, pada tahun 2008 ini sudah mulai terlihat wajah-wajah pertanian seperti yang kita lihat pada pameran Sampoerna Agro Agrinex Indonesia 2008 Go Green. Harapannya dengan adanya pameran ini bisa tumbuh pelaku-pelaku agribisnis baik junior maupun yang senior.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN), Adi Sosono. Wajah pertanian saat ini sedang cerah, ia mengusulkan kepada para pelaku bisnis yang terjun di dunia usaha agribisnis untuk secara bersama-sama meningkatkan produksi biji-bijian terutama untuk padi dan bahan bakar nabati. Di pasar dunia diprediksikan harga padi kisaran 900 dollar. Jika hal ini bisa ditingkatkan maka Indonesia bisa mengekspor beras dan dapat meningkatkan devisa bagi negara.

Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana Sampoerna Agro Agrinex Indonesia 2008 Go Green, Ir. Rifda Ammarina dalam paparannya mengatakan, Pameran pertanian kedua terbesar  Agrinex Expo 2008 tanggal 21 – 24 Maret 2008 di Jakarta Convention Centre ini berjalan sangat lancar.

(Tim Humas Agrinex Expo 2008)