keistimewaan buah lokal dan waspadai buah impor
Meningkatnya berbagai macam penyakit seperti jantung, diabetes dan obesitas di Indonesia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan tidak menular. Menurut penelitian, 7 dari 10 penyakit yang menyebabkan kematian, berasal dari penyakit yang bisa dicegah atau prepentable deisis dan tidak menular. Demikian kata Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, Ms., Wakil Dekan Ekologi Manusia (FEMA) dalam Dialog Pagi di RRI Bogor, belum lama ini.
”Pola makan yang salah seperti kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran segar serta polusi yang begitu banyak disertai pola hidup yang jelek, menyebabkan kita terpapar terus dengan racun-racun yang sebenarnya dapat ditoksifikasi dengan mengkonsumsi buah-buahan lokal,” kata Prof Ahmad.
Dari segi fisik, mungkin buah lokal tak semenarik buah import yang bentuk, warna serta ukurannya seragam. Tapi buah lokal lebih segar dan lebih beraneka ragam pilihannya, karena didapat dari sekitar halaman kita. Sedangkan buah impor melalui perjalanan yang sudah disimpan beberapa lama terlebih dahulu, tapi dengan teknologi pendingin akan terlihat lebih fresh.
Dari segi keamanannya, buah lokal ditanam begitu saja tidak menggunakan pestisida, tidak dipupuk. Jadi meskipun tidak mendapatkan sertifikasi, buah lokal merupakan buah organik yang mengandung gizi lebih tinggi.
Sementara buah impor dari segi keamanan terbukti mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Di Eropa, ujar Prof Ahmad, terdapat terminal buah yang disebut dengan Roterdam, tempat penyimpanan buah setengah matang yang telah dipanen, kemudian disimpan mulai dari enam bulan sampai dua tahun. Agar lebih awet dan lebih menarik, buah dilapisi lilin untuk mengurangi penguapan selama proses penyimpanan. Namun, meskipun dilapisi lilin tetap saja fungisida atau jamur akan tumbuh, sehingga di lilinnya ditambahkan fungisida yang bersifat antiantrogenik.
“Produksi buah dalam skala besar, tidak lepas dari adanya kandungan pestisida. Menurut hasil penelitian yang dilakukan di seluruh dunia, mulai dari panen menggunakan lebih dari lima jenis pestisida. Meskipun kandungan pestisidanya di bawah ambang batas tetap dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, dan jika dikonsumsi terus menerus akan mengalami penumpukan yang menyebabkan berbagai macam penyakit dalam tubuh yang bersifat kronis, yaitu dapat menyebabkan gangguan pada janin, sehingga mungkin akan mengalami keguguran spontan. Selain itu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan anak sebelum dan sesudah lahir,” urainya.
Selain menggunakan kandungan pestisida, pada buah impor juga banyak menggunakan pupuk naitsoil yang berasal dari kotoran manusia. Dalam aturan cara bertani yang baik dan benar, kotoran manusia tidak boleh dijadikan pupuk untuk tanaman, karena dalam kotoran manusia mengandung salmonella, E.coli dan beberapa mikroba patogen, dimana kalau mencemari sayuran dan buah-buahan akan berbahaya bagi kesehatan.
Di Amerika ditemui beberapa orang yang keracunan setelah mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang disebabkan adanya mikroba tersebut dalam tubuh. Sehingga untuk ibu-ibu yang suka belanja sayur-sayuran dan buah-buahan untuk anak dan keluarganya, Prof Ahmad mengimbau sebelum dikonsumsi, sebaiknya dikupas dan dicuci terlebih dahulu sampai bersih. (Irma).