STUDIUM GENERALE: PROSPEK PROFESI ARSITEKTUR LANSKAP DI ERA GLOBAL
STUDIUM GENERALE: PROSPEK PROFESI ARSITEKTUR LANSKAP DI ERA GLOBAL
Seperti pada semester-semester sebelumnya, di awal kegiatan akademik semester baru Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB selalu mengadakan kuliah umum (studium generale) dengan dosen tamu dari manca Negara, seperti Jepang, Amerika, Jerman, dan Belanda. Pada awal Semester Ganjil 2008/2009 kali ini sebagai dosen tamu dihadirkan Dr. Diane Menzies dari New Zealand. Beliau adalah President of International Federation of Landscape Architects (IFLA). Oleh karena itu Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin sebagai Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB yang juga merangkap Ketua Forum Pendidikan Arsitektur Lanskap Indonesia (FPALI), mengangkat topik kuliah umum pada hari Jumat, 8 Agustus 2008 yang lalu tentang “Prospek profesi arsitektur lanskap di era global” yang sangat tepat diberikan oleh Diane, karena sesuai dengan kapasitasnya di mana saat ini beliau adalah President IFLA.
Kuliah umum semester ganjil 2008/2009 di Departemen Arsitektur Lanskap dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, yaitu Prof. Dr. Yony Koesmaryono. Beliau menyampaikan bahwa mengundang dosen tamu dari luar negeri merupakan cerminan jalinan jejaring kerja Departemen Arsitektur Lanskap yang baik dengan berbgai institusi pendidikan maupun profesi., Dengan menghadirkan pakar asing dapat menciptakan atmosfir international yang lebih kental. Hal ini tidak semata-mata perkuliahan diberikan dalam bahasa Inggris, tetapi para mahasiswa dapat menimba ilmu dengan wawasan yang lebih luas dan komparasi dalam skala global. WRAK, Prof. Yoni menyampaikan bahwa Dep ARL merupakan salah satu departemen yang aktif menyelenggarakan pertukaran mahasiswa maupun pertukaran dosen. Salah satu contohnya saat ini ada 2 mahasiswa program Master dari Imperial College London di Dep. ARL yang sedang melakukan penelitian di Pulau Panggang (manajemen lanskap pantai) dan di Pulau Pramuka (pengembangan wisata berbasis masyarakat). WRAK IPB merasa gembira bahwa kuliah umum ini diikuti sekitar 100 peserta yang terdiri dari mahasiswa S-1, S-2 dan S-3 dari berbagai program studi, dosen-dosen dari IPB, USAKTI, ITB, Universitas Mercubuana, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta, serta pimpinan Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) dan Forum Pendidikan Arsitek Lanskap Indonesia (FPALI).
Mengawali kuliah umum ini, Hadi Susilo Arifin memaparkan sejarah dan perkembangan pendidikan arsitektur lanskap di Indonesia khususnya di IPB dan bagaimana para lulusannya sebagai professional, yaitu konsultan perencanaan-desain- manajemen lanskap maupun sebagai kontraktor ataupun sebagai supplier materials proyek lanskap yang tersebar di berbagai sektor kegiatan mulai dari property, resor wisata, resor olah raga golf, proyek permukiman dan real estate, taman-taman wisata, lanskap bandara, perencana lanskap kota dan wilayah. Juga sebagian alumni memilih menjadi akademisi yaitu dosen di perguruan tinggi, peniliti di lembaga penelitian nasional dan internasional, serta birokrat di departemen/dinas terkait serta Bappeda. Ditegaskannya bahwa profesi arsitektur lanskap tidak semata-mata bergerak pada skala mikro yaitu pertamanan (gardening), tapi mencakup skala meso (penataan lanskap desa dan kota), bahkan hingga skala makro (penataan lanskap wilayah, termasuk merencana-mendesain-mengelola unit ekologis seperti Daerah Aliran Sungai). Di IPB mata kuliah Arsitektur Lanskap sudah menjadi program minor di Fakultas Pertanian sejak tahun 1970-an, dan akhirnya terbentuk PS Arsitektur Lanskap (d/h Arsitektur Pertamanan) pada tahun 1985 untuk S-1 di bawah Departemen Agronomi (SK Dirjen Dikti No. 137/DIKTI/Kep/1984 tanggal 22 November 1984). Baru pada tahun 1999 dibuka program S-2 di Sekolah Pascasarjana IPB. Program D-3 (Diploma for Landscape Architectecture & Park Management) sebagai tailor made dari Kedutaan Besar Malaysia telah dibuka pada 1999-2002 di Kampus Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Program ini dilakukan atas kerjasama FAPERTA IPB, Malaysian Association of Productivity (MAP) yang didukung oleh Universiti Putra Malaysia (UPM). Selanjutnya memenuhi permintaan Dinas Pertamanan DKI Jakarta, IPB membuka program D-3 dengan nama ‘Diploma Pengelolaan Lanskap & Pertamanan Kota’ (PLTK) tahun 2001-2003. Akhirnya tepat pada tanggal 1 September 2005 terbentuk Departemen Arsitektur Lanskap dengan Mayor Arsitektur Lanskap (SK Rektor No:001/ K13/PP/2005) yang melayani pendidikan S-1 dan S-2. Departemen Arsitektur Lanskap IPB memiliki 3 (tiga) bagian, yaitu Bagian Perencanaan dan Desain Lanskap (terdiri dari 2 Studio, yaitu Studio Perencanaan Lanskap & Kebijakan, dan Studio Desain Lanskap), Bagian Pengelolaan Lanskap (yang memiliki Studio Ekologi & Pengelolaan Lanskap), dan Bagian Tanaman dan Tata Hijau (memiliki Studio Tanaman dan Tata Hijau). Hingga Juni 2008 IPB telah mewisuda 18 lulusan D-3 Malaysia (DLAPM), 28 lulusan D-3 Indonesia (PLTK), 486 Sarjana, dan 39 Magister di bidang arsitektur lanskap. Alumni tersebut selain berkiprah diberbagai kota dan daerah di Indonesia, juga mereka bekerja sebagai professional yaitu arsitekt lanskap di Singapore, Malaysia, Australia, Qatar, Emirat Arab. Sebagian alumni melanjutkan studinya ke berbagai negara Eropa, Amerika, Korea, dan Jepang.
Dr. Diane Menzies dalam paparan kuliah umumnya menegaskan bahwa untuk mencapai profesionalisme di bidang arsitektur lanskap dan dapat bersaing dalam era globalisasi ini, maka tidak bisa tidak ada hal yang perlu diperhatikan antara lain standar kompetensi pendidikan di universitas secara International (International University Standard), serta sertifikasi keprofesian (Professional Licensing). Di dalam negeri standar kompetensi pendidikan ini diukur dengan akreditasi program studi yang ditangani oleh Badan Akreditasi Nasional yang berlaku secara nasional. Sedangkan untuk lulusan dari bidang arsitektur lanskap agar dapat bisa bekerja dan bersaing di luar negeri memang diperlukan suatu sertifikasi keprofesian. Beruntungnya bahwa di Indonesia sendiri sejak 2001 telah berdiri Badan Sertifikasi Keahlian Arsitektur Lanskap (BSKAL). Oleh karena itu diharapakan sarjana di bidang arsitektur lanskap ini tidak hanya berkarya di kabupaten dan kota di Indonesia (karena telah adanya otonomi daerah), terutama menghadapi AFTA 2010 sarjana arsitektur lanskap mampu bersaing untuk berkarya di tingkat regional dan international.
Pada intinya arsitek lanskap, sebagai insan profesional selayaknya bisa mengedepankan karya-karya arsitektur lanskap dalam tatanan makro, artinya tidak dalam skala ruang yang sempit, pada bagian-bagian tertentu saja, atau pada kota-kota tertentu saja. Tetapi karya arsitektur lanskap yang baik tidak hanya dapat memberi keindahan, kenyamanan, keamanan dan kebahagiaan bagi manusia (human happiness) saja, akan tetapi seharusnya bisa mencapai ecological well being di mana secara ekologis semua mahluk hidup dapat merasakan yang baik dalam pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Terpenting bagaimana agar disiplin ilmu dan profesi arsitektur lanskap ini bisa dikenal di Indonesia. Sehingga profesi arsitektur lanskap juga bisa berperan menata lingkungan yang lebih baik serta berperan dalam mitigasi bencana alam, dan bahkan dapat berperan dalam mengatasi global warming dan global climate change dengan perencanaan, perancangan dan pengelolaan lanskap yang berwawasan lingkungan. Dengan demikian sudah saatnya para arsitek lanskap lulusan IPB serta universitas lainnya melakukan political movement untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan, terutama yang terkait dengan pembangunan lingkungan berkelanjutan di negeri ini.
Kuliah umum ini diakhiri dengan ekskursi “IPB Campus Tour” berkeliling ke obyek-obyek wisata pendidikan pertanian dalam kampus Darmaga hingga ke danau Situburung di Cikarawang (IPB University Farm) yang memiliki kebun hortikultura dan budidaya dalam rumah plastik serta pemandangan danau yang asri. Acara ini disponsori oleh “IPB Agroedutourism”. Selanjutnya tour ke Kebun Raya Bogor, dan penutupan kuliah umum diakhiri di tepi danau dengan latar belakang halaman Istana Presiden Bogor. Acara ditutup dengan penyampaian cindera mata oleh Prof. Hadi Susilo Arifin kepada dosen tamu Dr Diane Menzies, serta kepada para undangan lainnya***