Pelatihan Scientific Diving untuk Pengelola Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia

Sebanyak 27 pegawai BKSDA dan Taman Nasional di seluruh Indonesia di bawah Kementerian Kehutanan, dilatih oleh instruktur selam ilmiah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (ITK-IPB). Melalui Marine Science and Technology Diving School (MSTDS), kegiatan bertema “Lokalatih Peningkatan Kapasitas Pengelola Kawasan Konservasi Perairan” ini dilaksanakan pada tanggal 1-5 September 2014, di Pulau Nusa Penida, Bali. Kegiatan ini terwujud atas kerjasama WWF Indonesia, Departemen ITK IPB, Scuba School International (SSI) dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam KKBHL Kementerian Kehutanan.
Materi yang diberikan meliputi ekosistem terumbu karang, ikan terumbu, ancaman terhadap ekosistem terumbu karang, teknik pemantauan, manajemen database, pengolahan data dan analisis, sistem pelaporan, dan presentasi. Sebagai pemateri adalah pengelola MSTDS Dr. Hawis Madduppa dan Beginer Subhan, M.Si, dibantu oleh Dondy Arafat, M.Si dan Mahardika Rizqi Himawan, S. IK. Kegiatan ini diarahkan untuk staf sehingga mempunyai spesialisasi sebagai pemantau terumbu karang dan ikan terumbu.
“Peserta dipacu untuk mengetahui secara teori dan praktik. Mereka mempraktikkan beberapa teknik pemantauan ekosistem terumbu karang. Tak hanya itu, para peserta juga dilatih untuk mengelola dan mengolah data, serta membuat laporan harian,” terang Hawis.
“Mulai tahun ini, SSI sudah membuat matriks khusus untuk spesialisasi Biological Monitoring,” imbuh Anton Wijonarno, instruktur selam MSTDS.
Pelatihan penyelaman ilmiah ini merupakan angkatan pertama dan Direktur KKBHL mengharapkan kegiatan ini dapat dilanjutkan lagi, sehingga pengelolaan kawasan konservasi perairan dapat berkelanjutan. “Harapan kami, keterampilan dan keahlian staf dalam mengelola kawasan konservasi perairan dapat meningkat dengan baik, agar kawasan konservasi dapat terkelola secara lestari,” ujar Hartono, Direktur KKBHL. Kasubdit KKBHL, Trio Santoso, dan beberapa staf KKBHL juga memantau secara langsung pelaksanaan kegiatan selama lima hari di Nusa Penida.