Warga Cibanteng Berhasil Mengembangkan Kambing Etawa

Warga Cibanteng Berhasil Mengembangkan Kambing Etawa

Berita



Seorang warga dari desa
Cibanteng, Udin, berhasil mengembangkan ternak kambing peranakan etawa.
Informasi ini diungkap oleh Ir. Sri Rahayu, M.Si Dosen Fakultas Peternakan
(FAPET) IPB saat menjelaskan program aksi dalam Jum’at Keliling (Jumling) LPPM
IPB di desa Cibanteng(23/7).

Untuk desa Cibanteng, Ir. Rahayu mengatakan potensi
ternaknya adalah kambing dan kerbau. Selama ini peternak belum optimal dalam
memanfaatkan kotoran ternaknya. “Dengan potensi yang dimilki desa Cibanteng,
selain dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kotoran kerbau bisa dikembangkan menjadi
biogas. Bagi warga yang ingin memanfaatkan kotoran kerbau tersebut untuk
menjadi biogas, warga dapat langsung bertanya ke FAPET IPB,” ujarnya.

 

Sebelumnya tim dari FAPET sudah melakukan survei
potensi desa Cibanteng. Potensi ternak domba dan kambing di Cibanteng cukup
bisa dikembangkan karena banyak yang beternak domba dan kambing.

 

“Saya lihat di Cibanteng peternak mengembangkan
domba garut dan kambing peranakan Etawa. Salah satu peternak, Pak Udin, cukup
bagus dalam mengembangbiakkan ternak kambingnya baik pejantan dan betina.
Indukan kambingnya sangat bagus bahkan bisa melahirkan kembar tiga. Ini
merupakan potensi bibit kambing yang sangat bagus untuk program pembibitan,”
tuturnya.

 

Namun sangat disayangkan, karena kebutuhan rumah
tangga yang mendesak (biaya sekolah anak), dua ekor anakan dijual ke pasar. Ir.
Rahayu menyarankan, jika ada bibit yang baik, jangan dijual tetapi untuk
dijadikan bibit. Rencananya, bibit yang baik ini akan dikelola bersama
kerjasama dengan IPB agar desa Cibanteng tidak kehilangan potensi yang bagus
ini.

 

Diakuinya, kendala yang sering dihadapi peternak
biasanya dalam hal manajemen dan kebersihan kandang. Jika manajemennya bagus,
menurutnya dalam waktu dua tahun kambing bisa beranak tiga kali.

 

Selain membahas tentang peternakan domba dan
kambing, tim Jumling IPB yang komandoi oleh Dekan FAPET IPB, Dr.Ir. Luki
Abdullah, tim juga menjelaskan tentang budidaya kelinci. Timbul ide ternak
kelinci karena kelinci adalah alternatif lain untuk menambah protein hewani.
Kelinci merupakan hewan yang mudah dan murah dipelihara serta cepat berkembang
biak.

 

Yang sering menjadi masalah adalah pemasarannya. Hal ini
karena masyarakat belum terbiasa mengkonsumsi daging kelinci. Oleh karena perlu
ada sosialisasi bahwa kelinci dapat dijadikan sumber protein hewani selain ayam
dan kambing. “Kalau boleh usul, kelinci dipotong dan dimakan sendiri oleh
warga. Tujuannya agar ditiru oleh warga lainnya dan nanti kalau sudah terkenal
masalah pemasaran akan hilang dengan sendirinya. Sebab jika tidak ada yang
mencoba memakan dulu maka akan susah,” ujar Dr.Ir. Deded Diapari, pakar kelinci
Fapet IPB.

Dalam kesempatan itu, Dr. Luki menyerahkan seekor
kelinci jantan dan dua ekor kelinci indukan untuk dikembangkan di Cibanteng.
Selain terkait dengan peternakan, tim Jumling juga menjelaskan tentang posdaya
serta mengundang warga untuk mengikuti pelatihan pembuatan kue berbahan dasar
ubi jalar. “Mudah-mudahan upaya IPB ini dapat membantu membangun perekonomian
masyarakat. Mari kita merajut silaturahmi kita untuk sama-sama membangun
masyarakat,” ujarnya.  Hadir dalam
jumling kali ini Wakil Kepala LPPM IPB bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Dr.
Prastowo, Perwakilan dari Seafast Center, Tim Fapet IPB, Sekretaris Camat
Ciampea, Kelompok Tani, serta Ibu-ibu PKK.

 

Sementara itu, Kepala Desa Cibanteng, Madroji,
mengungkap bahwa Desa Cibanteng telah berhasil menjadi juara I bidang
kebersihan tingkat Kecamatan. “Kami mohon do’anya, karena sekarang kami ikut
lomba di bidang yang sama setingkat Kabupaten,” ujarnya.(zul)