“Agro-ecologi : Solusi Alternatif Peningkatan Emisi Karbon Sektor Pertanian”
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan melaksanakan serial diskusi dengan tema "Kontribusi Sektor Pertanian bagi Peningkatan Emisi Karbon serta Mencari Strategi Adaptasi dan Solusi Alternatif" di Ruang Angrek, Kampus IPB DRAMAGA Bogor tanggal 06 April 2010. Acara ini dimoderatori oleh Dr. Eka Intan Kumala Putri (Dosen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan) dengan pembicara Dr. Aceng Hidayat, M.T (Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan) Dr. Dwi Andreas Santosa, M.S (Dosen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB), Muhammad Ishlah (Wahana Lingkungan Hidup), Tejo Pramono (Staf La Via Campesina/Gerakan Petani Internasional). Dari Diskusi ini menghasilkan beberapa point:
Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim pada sektor pertanian adalah Kekeringan yang menyebabkan gagal panen, hujan dengan tingkat basah lebih yang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor serta meningkatnya populasi jenis hama tertentu. Menurut Tejo Pramono akibat perubahan iklim pada tahun 2008 menurunkan pangan dunia sebesar 15.9 %, Amerika Latin 24,3 %, afrika, 27,5 % dan Asia sebesar 19,3%. Hal in tidak terlepas dari konstribusi gas rumah kaca sector pertanian akibat produksi dan pemakaian urea, bahan bakar traktor (11 – 15%), pembukaan lahan dan deforestasi untuk perkebunan monokultur dan industry kehutanan (15 – 18%). Apabila tidak ada upaya yang sistematis dan terintegrasi untuk mengatasi perubahan iklim dan perbaikan kondisi lingkungan lokal maupun global, dampak yang ditimbulkannya akan semakin besar.
Dr. Andreas Santosa menyarankan pengembangan Model Pertanian Ekologis yang mampu mereduksi emisi global sebesar 50 – 75% melalui restorasi ekologi tanah yang berpotensi menangkap 330 milyar ton CO2 atmosfer dan teknik pertanian ekologis (sustainable farming techniques) yang dapat meningkatkan bahan organik tanah 60 ton/ha hingga 50 tahun kedepan. Hal ini diamini oleh Muhammad Ishlah yang menarik garis keadilan Ekologis dari aspek keuntungan dan kerugiannya.
Sejalan dengan itu Dr. Aceng Hidayat (Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan) memberikan gagasan pradigma baru pembangunan pertanian Indonesia untuk mengembangkan platform pertanian yang berbasiskan nilai – nilai ecologis, kearifan lokal, sumberdaya local dan kemandirian ekonomi yang menjamin kesejahteraan petani yang disebutnya sebagai "Agro-ekologi". Dengan model Agro-ekologi dikembangkan sistem pertanian yang (i) Membatasi skala (spasial, temporal, sektoral) dan ketajaman informasi, (ii) Adaptasi jangka pendek terhadap kecenderungan iklim local, (iii) Adaptasi jangka panjang terhadap skala waktu dan spasial yang lebih besar melalui Input analisis kebijakan dan investasi.
Guna mendukung system pertanian Agro-ekologi dibutuhkan :
1. Perbaikan varietas/spesies untuk Penyesuaian waktu pembungaan dengan kenaikan suhu, peningkatan ketahanan panas dan kekeringan
2. Perbaikan pemupukan dan waktu irigasi
3. Pengembangan teknologi "pemanenan" air, konservasi lengas tanah, dan penghematan air
4. Pencegahan banjir, erosi dan hilangnya hara
5. Pengembangan lumbung pangan dan pakan (di lahan)
6. Perubahan waktu atau lokasi pertanaman
7. Diversifikasi pendapatan
8. Meningkatkan efektifitas pengelolaan hama,penyakit
dan gulma
9. Penggunaan IPM (Integrated Pest Management)
10. Pengembangan varietas/spesies tahan hama atau penyakit
11. Climate forecasting untuk menurunkan risiko produksi
CP. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT.
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor