IPB dan AVRDC-Taiwan Bantu Petani Cabai
Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama Asian Vegetable Research And Development Centre (AVRDC)-Taiwan membantu petani cabai se-pulau Jawa yang berasal dari Brebes, Blitar, Sukabumi, Kediri, Demak, Bojonegoro, Semarang, Bogor, Trenggalek, Garut, Tegal, dan Nganjuk. "Kami berharap petani tidak terlalu bergantung benih hibrida produksi perusahaan benih. Petani bisa mandiri menghasilkan benih unggul dari jenis galur yang sesuai iklim daerahnya," kata Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, Ketua Panitia Workshop and Field Day Of Improved Chillipepper Management, Rabu (16/4) di Auditorium Thoyyib Hadiwijaya Fakultas Pertanian Kampus IPB Darmaga. Adapun kegiatan Field Day berlangsung di Kebun Percobaan Tajur dan Cikarawang IPB. Disamping itu, benih unggul yang dihasilkan petani bisa mengurangi penggunaan pestisida sayuran untuk tanaman cabai. Melalui kerjasama antara IPB dan AVRDC diharapkan proses sosialisasi dan implementasi cabai di lapang bisa lebih mudah.
Dr. Sri menyampaikan peluang pasar dunia cabai sangat terbuka. "Sebanyak 65 persen produksi cabai dunia dihasilkan dari Asia. Selain itu cabai, bumbu masak yang dibutuhkan di wilayah asia dan kandungan vitamin C-nya sangat bermanfaat bagi kesehatan."
Paul Gniffke, Wakil AVRDC menekankan misi AVRDC adalah to alleviate poverty and malnutrition in the developing world through the increased production and consumption of safe vegetables." Aktivitas utama AVRDC meliputi pemuliaan benih tahan penyakit pada cabai manis dan pedas, penyebaran dan uji multilokasi benih.
Paul juga mengatakan isu yang kini ditangani timnya, penyakit cabai yang ditimbulkan cendawan Anthracnose. Dia mengambil contoh di India. "Berdasarkan laporan tahun1985-2006 kerusakan cabai di sana mencapai 10-85 persen sebelum panen dan 10-32 persen setelah panen," kata Paul.
Sebagai informasi AVRDC mempunyai bank pasma nutfah yang bisa diujicobakan petani lokal Indonesia. AVRDC menargetkan petani-petani di Cina, India, Indonesia, dan Thailand mendapatkan varietas cabai tahan penyakit -bakteri, cendawan, virus- dan mampu menanamnya dengan metode bercocok tanam secara ekonomis serta ramah lingkungan.
Dr.Muhammad Syukur, Wakil Tim Peneliti Cabai IPB memaparkan keberhasilan penelitian cabai di IPB. Menurut Dr.Muhammad perlu perbaikan sarana dan prasarana (fasilitas) proses pemuliaan tanaman cabai. "Kebijakan penelitian secara integral juga diperlukan dengan melibatkan unsur peneliti dari bidang Proteksi Tanaman, Pemuliaan Tanaman, Agronomi dan pelaku (petani)."
Dalam kesempatan itu, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr, Kepala Subdit Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih, Direktorat Perbenihan Dan Sarana Produksi -Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian menghimbau agar para petani berhati-hati terhadap keberadaan benih illegal yang tidak bersertifikasi dan dijual bebas di pasaran. Sebab, kualitasnya rendah dan merugikan petani. "Bila menemukan kasus benih illegal di lapangan, laporkan saja, biar kita usut sampai tuntas," ujarnya tegas.
Selain petani, Wokshop and Field Day yang dibuka Dekan Fakultas Pertanian IPB, Prof.Didie Sopandie, juga dihadiri perwakilan dari PT. East West Seed, PT. Johny Jaya Makmur, PT. Seminis Vegetable Seed, PT. Primasid Andalan, PT. Bisi, PT Petrokimia kayaku, BPTH Jogja, Trubus, Tabloid Agrina, Peripi, Universitas Andalas, dan mahasiswa IPB. (my)