Silver College Wadah Penggiat Lansia Potensial di Perguruan Tinggi
Dalam rangka memperingati Hari Lansia di Indonesia, Prof. Dr.Clara Meliyanti Kushartarto, M.Sc., Staf Pendidik Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB membicang tema “Silver College Wadah Penggiat Lansia Potensial di Perguruan Tinggi”, dalam acara Dialog Interaktif di RRI Bogor, Selasa (29/5).
Prof Clara memaparkan, secara umum atau secara nasional jumlah Lansia di Indonesia kira-kira berjumlah lebih dari 32 juta orang. Dilihat dari pertambahan penduduk, dan mengingat Indonesia termasuk negara tercepat dalam pertambahan penduduknya, maka kata Prof Clara, kita harus mengantisipasi hal ini dengan salah satu cara diantaranya dengan membentuk program Usia Harapan Hidup (UHH).
Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998, terang Prof Clara, kategori orang Lansia adalah orang yang sudah menginjak 60 tahun ke atas. Sedangkan kategori Lansia terbagi menjadi dua, yaitu Lansia potensial dan non potensial.
Lansia potensial adalah Lansia yang sehat dan produktif, sedangkan Lansia non potensial secara fisik tidak berdaya namun mereka punya hak asasi manusia yang harus dilindungi dan butuh perhatian pemerintah. Jika dipersentasi, jumlah Lansia yang non potensial adalah 20 persen, dan 80 persen adalah Lansia yang potensial.
“Hubungannya dengan Lansia potensial inilah yang coba kita wadahi, salah satunya dengan membentuk Silver College, wadah penggiat Lansia potensial di Perguruan Tinggi. Program ini dibentuk agar dapat meningkatkan produktifitas mereka, khususnya untuk mengisi pembangunan. Lansia berproduktif dalam segmen tertentu dapat berperan menjadi pemerhati, penasehat, atau paling tidak bisa sharing pengalaman dengan generasi muda. Dan di IPB, Lansia potensial ini diwadahi dalam bentuk Paguyuban Pegawai dan Pensiunan IPB,” urai Prof Clara.
Menanggapi tanya jawab dengan pendengar yang membahas Lansia yang mengasuh cucu, Prof Clara menjelaskan, bahwa lansia yang seperti ini sangat baik. Namun jika ingin mengisi waktu lebih jauh, bisa bergabung dengan gerakan lansia yang ikut peduli. Untuk tetap berkarya, tidak perlu dengan fisik yang berat tapi dapat diisi dengan sumbang pikiran yang bisa diangkat dengan berkegiatan sosial, berkebun, ataupun lainnya.
Lebih lanjut Prof Clara mengatakan, Dinas Sosial dari masing-masing Pemerintah Daerah (Pemda) setempat diharapkan untuk aktif memecahkan masalah-masalah ini sampai mereka bisa mengisi dengan kegiatan yang lebih baik, sehingga tidak menjadi beban negara. Caranya bisa dengan membentuk divisi-divisi yang membantu dalam kegiatan kesehatan, pengetahuan, dan informasi.
Sedangkan peran IPB dalam hal ini sudah mencoba dengan cara meberdayakan kader kesehatan Lansia sekitar kampus, antara lain bekerjasama dengan Puskesmas setempat. (Nda)