Rektor IPB Berikan Insentif 20 Juta Rupiah Bagi Peneliti yang Bisa Publikasi Internasional Q1

Rektor IPB Berikan Insentif 20 Juta Rupiah Bagi Peneliti yang Bisa Publikasi Internasional Q1

rektor-ipb-berikan-insentif-20-juta-rupiah-bagi-peneliti-yang-bisa-publikasi-internasional-ke-q1-news
Berita

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arif Satria akan memberikan insentif senilai 20 juta rupiah kepada peneliti IPB yang mampu mempublikasikan risetnya ke jurnal internasional dengan Quartile 1 (Q1). Hal tersebut disampaikan Rektor ketika IPB menjadi penyelenggara kegiatan Joint Convention of The Asia Pasific Association of Medical Journal Editors and The 5th Asian Science Editors Conference & Workshop 2018, di IPB International Convention Center, (IICC), Bogor (18/7). 

“Semoga dengan adanya dorongan tambahan insentif, tahun ini bisa tembus 1000 artikel riset yang masuk jurnal internasional. Ini adalah momen penting bagi para peneliti karena dengan kolaborasi akan saling memperkuat. Peserta yang hadir hari ini merupakan perwakilan peneliti dari 22 negara. Peneliti-peneliti IPB bisa belajar dari berbagai pihak karena saat ini eranya tidak lagi bersaing melainkan bersanding. Semoga ke depan Indonesia dapat menjadi sumber jurnal ilmiah yang bisa dirujuk oleh para peneliti tingkat dunia,” ujarnya.

Sebelumnya Dr. Muhammad Dimyati, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI dalam sambutannya menyampaikan bahwa pemerintah saat ini lebih mengutamakan perbaikan kualitas riset.

“Indonesia sedang menyambut revolusi industri 4.0. Mau tidak mau kita harus meningkatkan kualitas dan kuantitas riset di Indonesia. Riset itu akan bisa terekognisi oleh komunitas dan terapprove kalau dikomunikasikan lewat jurnal. Jurnal levelnya. Ada level pembelajar dan jurnal yang bereputasi. Pertemuan ini adalah salah satu upaya meningkatkan 51 ribu lebih jurnal di indonesia menjadi lebih berkualitas,” ujarnya saat konferensi pers dengan media. Lebih lanjut ditambahkannya, pada tahun 2019 ditargetkan 7300 jurnal di Indonesia telah terakreditasi. Ada 6 grade akreditasi jurnal.

Menurutnya networking yang dihasilkan dari kegiatan ini bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas jurnal karya peneliti Indonesia ke depan. Potensi penulis jurnal di Indonesia setiap tahunnya ada 151 ribu. 

“Bayangkan dari 51 ribu tadi, baru ada 39 jurnal yang terindeks scopus. Mekanisme jurnal, tidak bisa banyak jurnal dari Indonesia semua. Artinya banyak sekali publikasi kita yang berebut diterbitkan di jurnal internasional,” ujarnya.

Ketua Panitia Penyelenggara yang juga Ketua Himpunan Editor Berkala Ilmiah Indonesia (HEBI), Dr. Komang G Wiryawan menyampaikan acara ini melibatkan 250 peserta dari 22 negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Philipina, Vietnam, Korea Selatan, Jepang, Inggris, Amerika, Tiongkok, Australia dan berbagai negara di Asia Pasifik.

Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Council of Asian Science Editors (CASE) dan Asia Pacific Association of Medical Journal Editors (APAME) yang untuk pertama kalinya diselenggarakan bersama di Indonesia. Penyelenggaranya adalah IPB, HEBI dan Kemenristekdikti RI. 

Melalui konferensi dan workshop ini diharapkan akan ada perbaikan kualitas jurnal yang signifikan di wilayah Asia-Pasifik. Tujuannya untuk menarik para peneliti berkualitas tinggi untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka pada jurnal ilmiah di wilayah Asia-Pasifik.

“Selain itu, kita ingin membuat para peneliti Asia-Pasifik bangga untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka di jurnal kita sendiri. Untuk itu, kami mengundang para pakar dari bidang keahlian yang berbeda untuk menjadi pembicara agar bisa sharing tentang strategi peningkatan kualitas jurnal. Sehingga jurnal-jurnal kita bisa bersaing di kancah internasional,” terangnya.(dh/Zul)