Dosen IPB Ajak Mahasiswa Balas Penghentian Impor CPO Uni Eropa dengan Riset

Dosen IPB Ajak Mahasiswa Balas Penghentian Impor CPO Uni Eropa dengan Riset

dosen-ipb-ajak-mahasiswa-balas-penghentian-impor-cpo-uni-eropa-dengan-riset-news
Berita

Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis menggelar Rumah Diskusi Agribisnis dengan para peserta mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Kegiatan yang mengangkat tema "Dampak Penghentian Impor Crude Palm Oil (CPO) oleh Uni Eropa terhadap Perekonomian di Indonesia ini digelar di Kampus IPB Dramaga, Jum’at (25/5).

Sekretaris Departemen Agribisnis, FEM IPB, Dr. Amzul Rifin ketika membuka acara menyampaikan apresiasi terhadap himpro yang telah  mengadakan Rumah Diskusi ini. Ia mengharapkan mahasiswa  lebih aktif menggelar diskusi- diskusi serupa dengan tema yang bermacam-macam. “Tidak hanya diskusi, saya berharap mahasiswa harus lebih peka terhadap masalah yang ada. Narasumber kompeten tidak harus dicari di luar IPB, tapi dalam kampus pun banyak  dosen berkualifikasi nasional dan internasional,” ucapnya.

Perwakilan Mahasiswa Departemen Agribisnis IPB, Stiffen Firdaus di awal acara menyampaikan isu terkait dampak penghentian impor CPO oleh Uni Eropa bagi Indonesia. Ia menyampaikan isu terkait deforestasi, stigma negatif seperti  isu kerusakan lingkungan dilakukan untuk menghancurkan pasar minyak sawit Indonesia. Karena minyak sawit hanya mampu dibudidayakan di iklim tropis. Sementara minyak sawit berpengaruh besar terhadap pengembangan perekonomian indonesia. “Perkebunan kelapa sawit menyerap 4 juta tenaga kerja langsung dan menopang 12 juta tidak langsung,” kata Stiffen. Jumlah ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2017 sebanyak 31,05 juta ton, naik 23 persen dibanding 25,11 juta ton pada 2016. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia diantaranya: ke India (22,5 persen dari total ekspor), China (12,93 persen), Pakistan (8,75 persen), Spanyol sebanyak 1,37 juta ton. “Pelarangan impor CPO tahun 2021 menimbulkan perdagangan tidak adil. Begitu besar dampak bagi Indonesia,” ucap Stiffen. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap negara-negara lain yang melarang impor kelapa sawit yang dapat berakibat pada tutupnya industri.

Dr.Ir. Harianto, MS, narasumber utama Rumah Diskusi ini mengupas kebijakan yang dilakukan Uni Eropa. Dr. Harianto menyampaikan kebijakan yang muncul berasal dari keluhan masyarakatnya. “Kita harus lihat alasan kebijakan parlemen Eropa  2014 – 2019. Uni Eropa memiliki target SDGS, menurunkan emisi gas rumah kaca, kita juga sebagai masyarakat dunia punya tugas  sama. Dari beberapa penelitian mereka menemukan deforestasi dan degradasi hutan berdampak besar pada perubahan iklim. Semoga penelitian mahasiswa khususnya S2 dan S3 IPB  bisa menjawab hal tersebut,” jelas kata Dr. Harianto. Dr. Harianto juga menyoroti data yang  tidak jelas. Begitu lemahnya data yang dimiliki Indonesia. “Banyak sekali topik-topik riset yang dikeluhkan Eropa. Kita harus bisa menjawab dengan riset,” lanjutnya. (dh/ris)